Tribun Pringsewu

Kisah Tragis Para Korban Lakalantas di Pringsewu, Kaki Diamputasi hingga Kehilangan Cucu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Singgih (tengah) bersama Hardi Saputra (kiri) dan Tri Lasmiati. Ketiganya dihadirkan untuk memberikan testimoni peristiwa kecelakaan yang dialami dalam acara Millennial Road Safety Festival di Pringsewu, Minggu, 17 Maret 2019.

Kisah Tragis Para Korban Lakalantas di Pringsewu, Kaki Diamputasi Hingga Kehilangan Cucu

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PRINGSEWU - Singgih (19), warga Desa Bandung Baru, Kecamatan Adiluwih, Pringsewu, harus menerima kenyataan pahit yang dialaminya.

Ia melanjutkan hidup hanya dengan satu kaki.

Singgih merelakan kaki kanannya diamputasi akibat peristiwa kecelakaan lalu lintas yang dialami sewaktu duduk di bangku kelas tiga SMP.

Singgih mengisahkan kejadian tragis itu terjadi pada 2017 lalu.

Saat itu, ia duduk di belakang motor yang dikendarai rekannya.

Keduanya melaju dari arah Pringsewu menuju Gadingrejo melintasi Jalinbar dengan kecepatan tinggi. 

Nahas, motor yang ditumpangi  Singgih bertabrakan dengan mobil di depan Rumah Sakit Mitra Husada (RSMH) Pringsewu.

Malang bagi Singgih, kaki kanannya luka parah karena terlindas ban mobil.

Dokter pun memutuskan untuk mengamputasinya.

Sementara rekan Singgih tidak mengalami luka serius.

BREAKING NEWS - Lakalantas Beruntun di Sisimangaraja, Pengendara Motor Tewas Terlindas Ban Truk

Kini Singgih harus menjalani hidup dengan satu kaki. 

Singgih, yang sekarang duduk di bangku kelas dua SMK, menceritakan pengalaman pahitnya dalam acara Millennial Road Safety Festival yang diadakan Polres Tanggamus di lapangan kantor Pemkab Pringsewu, Minggu, 17 Maret 2019.

Puluhan ribu peserta meramaikan Millennial Road Safety Festival yang diadakan Polres Tanggamus di lapangan kantor Pemkab Pringsewu, Minggu, 17 Maret 2019. (Tribunlampung.co.id/Robertus Didik Budiawan)

Selain Singgih, hadir pula korban kecelakaan lainnya, Hardi Saputra (29), warga Pekon Wonosari, Kecamatan Gadingrejo. 

Hardi mengalami cacat seumur hidup akibat lakalantas.

Kini dia tidak bisa berjalan seperti orang normal alias pincang. 

Kisahnya serupa dengan Singgih.

Dibonceng rekannya, Hardi mengalami kecelakaan di Jalinbar Tambahrejo pada 4 Desember 2006 silam.

Lain lagi dengan kisah yang dialami Tri Lasmiati (53), warga Pekon Tambahrejo, Kecamatan Gadingrejo.

Ia harus kehilangan cucu kesayangannya karena ditabrak mobil yang pengemudinya mabuk.

Dalam kejadian itu, Tri Lasmiati mengalami cacat pada pinggulnya. 

"Supaya hati-hati, jangan ngebut-ngebut, (supaya) peraturan lalu lintas dipatuhi," katanya.

Ketiga korban lakalantas ini merupakan anggota Komunitas Korban Lakalantas yang dihadirkan dalam acara Millennial Road Safety Festival di Pringsewu. 

Ribuan Peserta Ramaikan Millennial Road Safety Festival di Terbanggi Besar

Mereka memberikan testimoni supaya peserta yang hadir dapat lebih berhati-hati dalam berkendara. 

Kapolres Tanggamus AKBP Hesmu Baroto mengatakan, lakalantas mengakibatkan banyak korban meninggal dunia, terutama kalangan milineal usia 17-35 tahun.

"Harus kita sadari bahwa kita tidak sendiri. Jalan itu tidak untuk kita sendiri. Mari kita sama-sama kampanye untuk menyukseskan keselamatan lalu lintas," pesan Kapolres.

Bupati Pringsewu Sujadi juga berpesan supaya masyarakat lebih hati-hati dalam berkendara. Supaya selamat dalam bepergian menggunakan kendaraan.

Kegiatan yang dipusatkan di lapangan kantor Pemkab Pringsewu tersebut dihadiri puluhan ribu warga. (Tribunlampung.co.id/Robertus Didik Budiawan)

Berita Terkini