Tentara West Papua akan berada di bawah komando organiasi payung United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), yang dipimpin Benny Wenda dari pengasingan.
ULMWP selama ini menempuh cara-cara politik dan diplomatik untuk mencapai kemerdekaan Papua.
"Secara politis dan militer kami bersatu sekarang.
Masyarakat internasional sekarang tanpa ragu-ragu dapat melihat bahwa kami siap untuk mengambil-alih negara kami," ujar Wenda seperti dikutip dalam website ULMWP.
"Indonesia tidak bisa lagi menstigmatisasi kami sebagai separatis atau penjahat.
Kami adalah negara kesatuan militer dan politik yang sah," tambahnya.
Ketegangan akan meningkat
Dr Camellia Webb-Gannon, koordinator Proyek Papua Barat di Universitas Wollongong Australia, mengatakan pembentukan Tentara West Papua menandai persatuan yang signifikan antara aktivis politik dan militer.
"Untuk pertama kalinya sayap bersenjata sekarang menyatakan tunduk pada gerakan politik, ULWMP," kata Dr Webb-Gannon kepada ABC News.
"Ini sangat penting karena mereka menunjukkan, jika kami merdeka, kami tidak akan menjadi kediktatoran militer. Militer akan tunduk pada pemimpin politik," tambahnya.
Namun dia juga memperingatkan bahwa perkembangan ini dapat memicu ketegangan dengan militer Indonesia di Provinsi Papua dan Propinsi Papua Barat.
Menurut Dr Webb-Gannon, begitu anggota gerakan kemerdekaan bersenjata meningkatkan aktivitas atau lebih banyak muncul di Papua Barat, militer Indonesia akan merespon.
"Ini juga memberikan tekanan pada masyarakat internasional untuk menepis narasi soal Papua Barat," katanya.
"Yaitu bahwa mereka dapat menjaga diri sendiri, dan mereka berhak dan mampu menentukan nasib sendiri dan pemerintahan sendiri," kata Dr Webb-Gannon.
"Atau meminta pertanggungjawaban Indonesia, 'apa yang Anda lakukan, mengapa Anda menahan orang Papua Barat'," jelasnya.