Emisi Cahaya
Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat sejak beberapa hari terakhir dihebohkan dengan fenomena alam.
Sepanjang pinggir pantai terjadi pembiasan sinar berwarna biru yang menyala terang saat malam hari.
Fenomena alam tersebut diduga disebabkan oleh makhluk hidup yang mengalami reaksi kimia tertentu sehingga menghasilkan emisi cahaya atau disebut bioluminescene.
Bioluminescene sendiri ditemukan di seluruh biosfer, tetapi hanya pada vertebrata laut, invertebrata dan beberapa jenis tumbuhan.
Fenomena tersebut, menurut Penjaga Pantai Labuhan Jukung Krui, Aswin, merupakan fenomena alam yang baru pertama kali terjadi.
"Fenomena alam ini baru pertama kali terjadi, dan rata terjadi di sepanjang pantai Krui," ungkap Aswin, Senin (23/12/2019).
Dikatakannya, fenomena alam terjadi sejak Kamis malam (19/12/2019), hingga Sabtu malam (21/12/2019).
"Baru bisa dilihat jika malam hari dan terang bulan. Cuma tiga hari yang lewat bagus warnanya. Kalo sekarang sepertinya cahayanya sudah mulai menghilang," jelasnya.
Diakui Aswin, pengunjung Pantai Labuhan Jukung Krui sore hari sudah sepi, malam hari pun sepi tidak ada pengunjung.
"Paling pada malam minggu dan puncak libur anak sekolahan, itu pun tidak hingga malam hari," ujar dia.
Sayangnya, Kepala Dinas Pariwisata Pesisir Barat Gunawan saat dihubungi Tribun Lampung belum bisa berkomentar apa-apa.
"Saya lagi ada kegiatan dan banyak tamu. Nanti saya hubungi balik jika sudah selesai," ucap Gunawan.
Fenomena Alam Lainnya
Dilansir Kompas.com, Warga Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang, Sumatera Barat digemparkan dengan perubahan air laut yang menjadi hijau pekat, Senin (23/12/2019).
Fenomena yang langka itu sebelumnya belum pernah terjadi di daerah pesisir itu sehingga membuat warga heran dan bertanya-tanya.
"Ini sudah beberapa hari belakangan terjadi. Air laut berubah menjadi hijau pekat," kata seorang nelayan Hendra (48) kepada Kompas.com, di kawasan Bungus, Senin.
Hendra mengatakan, perubahan warna air laut itu sempat membuat nelayan yang ada menjadi heran, namun karena tidak ada pengaruh yang cukup signifikan membuat mereka tetap melaut.
"Airnya hijau pekat dan tidak mengeluarkan bau. Jadi tidak ada pengaruhnya dan kami tetap terus melaut," kata Hendra.
Hendra mengatakan, ketika melaut hingga agak ke tengah air laut semakin hijau dan terlihat banyak lumut.
"Di tengah tambah hijau dan berlumut. Namun air laut hijau ini hanya di sekitar sini saja, sementara di tempat lain tidak," kata Hendra.
Perubahan warna air laut itu membuat warga ramai melihatnya di bibir pantai.
Sejumlah warga mengabadikan fenomena itu dengan mengambil foto air laut hijau itu.
"Ini cukup aneh dan jarang terjadi. Ini fenomena langka," kata Siti, seorang warga yang mengabadikan fenomena itu. (tribunlampung.co.id/ade irawan)