Oleh karenanya, menggunakan ban ukiran ataupun ban vulkanisir sangat tidak dianjurkan.
Lantaran ban vulkanisir memiliki masa pakai yang tergolong singkat dan sangat berisiko.
"Makanya kadang ban sayatan baru satu atau dua bulan ban sudah rusak dan benjol. Itu kan hanya untuk pemanis saat dijual. Kalau vulkanisir gak jarang ban malah bisa copot. Sebab, lem untuk menempelkan permukaan tidak kuat," tutur Eko.
"Parah-parahnya bisa menyebabkan kecelakaan. Apalagi saat bawa mobil kencang. Itu kan bisa membahayakan nyawa sendiri dan orang lain," timpalnya.
Eko pun tidak menganjurkan pemakaian ban vulkanisir.
Menurut dia, lebih baik membeli ban bekas yang kondisinya masih baik.
"Biasanya kalau harga baru Rp 500 ribu per biji, maka selisih harga ban bekas bisa setengah harga. Artinya, sampai Rp 250 ribu. Masalahnya, kadang harga ban vulkanisir atau ukir bisa sama dengan ban bekas. Jadi pembeli harus pinter-pintar memilih," papar Eko.
"Walau begitu, tetap lebih bagus menggunakan ban bekas dengan tingkat persenan yang masih bagus atau layak pakai. Sebab baik ban vulkanisir ataupun ban ukiran adalah hasil ban rekondisi," tandasnya (tribunlampung.co.id/tama yudha wiguna)