Pembuatan cairan antiseptik secara mandiri ini, jelas Nur, bertujuan memastikan tetap tersedianya hand sanitizer di lingkungan kampus Itera.
Langkah tersebut juga berselang sehari setelah Rektor Itera mengeluarkan edaran pencegahan Covid-19 di lingkungan kampus.
"Kami berharap fasilitas hand sanitizer ini dimanfaatkan oleh seluruh sivitas akademika guna mencegah penyebaran Covid-19," ujarnya.
Nur menambahkan Itera membuka kesempatan kerjasama dengan berbagai pihak untuk memproduksi hand sanitizer sesuai standar WHO.
Banyak Permintaan
Dua mahasiswi Teknik Kimia Unila, Desi Permata Sari dan Nita Pita Sari, awalnya terpikir membuat hand sanitizer setelah merebaknya virus corona pada Februari lalu.
Mereka kemudian mengalami kesulitan mencari produk tersebut di pasaran.
"Butuh untuk pribadi. Terus, melihat banyak orang butuh sanitizer juga dan di pasaran habis. Jadi, kami coba buat sendiri. Karena banyak permintaan, akhirnya dipasarkan juga," beber Desi, Kamis.
Formula pembuatan hand sanitizer, tutur anak pertama dari tiga bersaudara ini, berdasarkan hasil konsultasi dengan pembimbing.
Sekaligus Sekretaris Penelitian dan Pengembangan Biomasa Tropika Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unila Dr Eng Dewi Augustina A Iryani.
"Untuk formulanya, dibantu ibu dosen saya. Beliau yang ciptakan. Pada dasarnya, bahannya sama saja dengan yang ada di pasaran. Output-nya menjadi antiseptik yang terstandarisasi," paparnya.
Adapun bahan-bahannya mulai dari alkohol 69 persen, ekstrak lidah buaya, isopropyl alcohol, pengharum, dan destillate water.
Saat awal pembuatan, Desi dan Nita sempat mengalami kegagalan.
Berkali-kali takarannya kurang pas.
"Gagalnya seperti saat viskositas, di mana tidak sesuai, kadar etanol tidak sesuai. Terus pernah juga warnanya tidak jernih dan lainnya," tutur mahasiswi yang tengah menyusun skripsi ini.