TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kehabisan peti mati, kota Guayaquil di Ekuador terpaksa membaringkan jenazah korban Covid-19 ke dalam kotak kardus.
Kota terbesar itu menjadi klaster wabah virus corona di sana, dengan rumah sakit maupun rumah duka kewalahan menangani korban meninggal.
Karena tidak kuat menampung angka kematian yang terus berdatangan, sejumlah keluarga terpaksa membawa jenazah kerabat mereka ke rumah.
Unggahan yang muncul memperlihatkan permintaan tolong kepada otoritas agar mengeluarkan mayat itu, maupun gambar adanya jenazah tergeletak di jalan.
Pemerintah kota pelabuhan di Pasifik itu menyatakan, mereka menerima donasi 1.000 kotak kardus, dan bakal meneruskannya ke dua pemakaman.
• Pakar UI Ingatkan Gelombang Kedua Virus Corona di Indonesia
• 7 Fakta Wanita Ngamuk ke Petugas Corona, Disuruh Pergi dari Solo Jika Tak Mau Diatur
• Jokowi Tegaskan Takkan Bebaskan Napi Koruptor Cegah Corona
• VIDEO Nikita Mirzani Geram Puluhan Orang Datang Minta Uang ke Rumahnya
Juru bicara pemerintah Guayaquil menerangkan, mereka harus memenuhi permintaan karena harga peti mati sangat mahal, dan mereka mulai kekurangan.
Pernyataan pemerintah senada dengan Santiago Olivares, pemilik jaringan rumah duka yang mengaku kesusahan memenuhi pesanan peti mati.
"Saya menjual 40 unit dari cabang di pusat kota, kemudian 40 dari kantor pusat. Saya harus memesan 10 di akhir pekan, dan kami kehabisan," kata dia dilansir AFP.
Olivares menjelaskan, pemberlakuan jam malam selama 15 jam turut andil menghambat pasokan bahan baku peti seperti kayu dan besi.
Kantor wali kota dalam kicauannya di Twitter menyatakan, peti kardus itu akan memberi pemakaman yang layak bagi korban Covid-19.
Karena begitu banyaknya mayat, pemerintah lokal meminta bantuan militer untuk membantu petugas rumah duka agar menangani jenazah itu.
"Ini seperti rumah sakit di zona perang. Apa yang kami lihat persis seperti di film horor," kata seorang dokter di Rumah Sakit Teodoro Maldonado Carbo.
Dilansir The Guardian Minggu (5/4/2020), dokter anonim itu mengungkapkan dia dilarang istrinya bekerja.
Namun jika tak bertugas, bakal lebih banyak korban berjatuhan.
Saat ini, Ekuador mencatatkan 3.646 kasus penularan positif dan 180 kematian dari wabah yang pertama kali terjadi di Wuhan, China itu.