Tribun Lampung Tengah

Mahasiswa KKN IPB Rancang Mesin Pengolahan Kolang-kaling di Lampung Tengah

Penulis: syamsiralam
Editor: Daniel Tri Hardanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah mesin pengolahan kolang-kaling buatan mahasiswa KKN IPB.

Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Syamsir Alam

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG TENGAH - Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) merancang alat pengolahan kolang-kaling dalam kuliah kerja nyata (KKN) di Lampung Tengah.

Alat yang diberi nama Pressing Machine System of Kolang-kaling (Press-Co) itu dirancang untuk mempermudah petani memproduksi kolang-kaling.

Azis Husain Ahmad, salah satu mahasiswa KKN IPB, mengatakan, Press-Co dirancang setelah ia dan empat rekannya yang lain terjun ke lapangan mencari permasalahan yang dihadapi petani kolang-kaling.

"Salah satu kendala yang kami temui di lapangan adalah alat untuk pemipihan kolang-kaling. Selama ini petani masih manual melakukan pemipihan, yakni dengan ditumbuk menggunakan balok kayu," kata Azis Husain Ahmad kepada Tribunlampung.co.id, Minggu (20/9/2020).

Selanjutnya, ujar mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian IPB itu, ia dan rekan-rekannya mencari solusi bagi petani supaya nilai produksi mereka meningkat.

"Dari hasil diskusi bersama kawan-kawan yang lain, terpikirkan untuk merancang Press-Co, mesin atau perkakas untuk memipihkan kolang-kaling berbasis silinder gerigi bertenaga kayuhan manusia," ujarnya.

Siswa SMP di Lamteng Akan Dapat Bimbel Online dari Mahasiswa IPB

Mahasiswa IPB di Banten Harus Naik Turun Bukit untuk Bisa Kuliah Online, Jadi Harapan Warga Kampung

Press-Co memiliki desain simpel, cara penggunaannya persis seperti menggunakan sepeda serta komponen alat yang ergonomis sehingga memudahkan dan meningkatkan kenyamanan, keselamatan, serta kesehatan pekerja.

Dari hasil ujicoba, Press-Co 20 kali lebih cepat dibandingkan dengan alat pemipih tradisional.

Untuk memipihkan 30 kilogram kolang-kaling hanya dibutuhkan waktu 8,3 menit.

"Sejauh ini Press-Co masih sebatas rancangan. Dampak pandemi Covid-19 mengharuskan program PKM dijalankan dengan daring. Setelah pandemi mereda, alat ini akan segera dipabrikasi agar bisa diterapkan secara langsung bagi petani kolang-kaling rumahan di seluruh Indonesia," tandasnya.

Sanadi, pemilik usaha pengolahan kolang-kaling di Kecamatan Bumiratu Nuban, awalnya mengeluhkan tidak efisiennya proses pemipihan kolang-kaling.

Akibatnya, biaya produksi membengkak.

"Setiap harinya saya mengolah rata-rata 20-30 kilogram. Pada bulan puasa, pabrik bisa mengolah kolang-kaling hingga satu sampai satu setengah kuintal dengan proses pemipihan kolang-kaling dilakukan secara manual menggunakan penumbuk dari kayu tanpa bantuan mesin," jelasnya.

"Bahkan, sehari-hari waktu yang dibutuhkan untuk memipihkan 30 kilogram membutuhkan 2 jam lebih. Oleh karena itu, saya meminta bantuan pekerja untuk proses pemipihan kolang-kaling sehingga menambah biaya produksi untuk membayar pekerja," ucapnya.

Ia juga mengeluhkan, proses pemipihan kolang-kaling yang sedikit keras juga mengakibatkan bagian bahu dan punggungnya menjadi sakit akibat lama dalam posisi membungkuk. (Tribunlampung.co.id/Syamsir Alam)

Berita Terkini