"Karena kalian tidak mengikuti saya, saya sebagai alat pembenar dan dulu tidak saya sadari hal itu," kata Edi.
Setelah bebas dari penjara, Edi mengaku lebih tenang dalam menjalani hidup dan ibadah sesuai dengan ajaran Islam sesungguhnya.
Baca juga: Mabes Polri ke Lampung, Cegah Kenaikan Harga Pangan Jelang Lebaran
Baca juga: Jelang Mudik Lebaran, Tiket Pesawat Jakarta-Lampung Mulai Penuh
Tahun ini merupakan Ramadan pertama Edi setelah kembali ke kehidupan normal, lepas dari ikatan kelompok radikal.
Banyak terlintas kenangan masa kecil yang kerap dilakukan Edi selama bulan Ramadan.
"Dulu waktu masih kecil itu biasa sama teman-teman bangunin warga buat sahur pake kentongan," kata Edi.
Banyak kegiatan positif yang dilakukan Edi bersama sejumlah eks napiter lainnya di bulan Ramadan ini.
Bahkan Edi bersama tiga orang mantan napiter lainnya membentuk paguyuban atau wadah untuk menjalin silaturhami pada tahun 2021 lalu.
Paguyuban itu diberi nama Mangku Bumi Putra Lampung, dengan bertujuan untuk mengajak para mantan napiter kembali patuh dan mencintai NKRI.
Salah satu kegiatan tersebut yakni berbagi takjil dan bakti sosial dengan masyarakat sekitar.
"Tidak mudah untuk dapat kembali membaur dengan masyarakat pada umumnya, untuk itu kami melakukan kegiatan sosial," kata Edi.
Untuk keberlangsungan hidup, Edi mulai menekuni berbagai bidang usaha.
Dari usaha kuliner sampai membuka usaha percetakan bersama rekannya yang tergabung dalam paguyuban Mangku Bumi Putra Lampung.
Edi mengajak seluruh masyarakat khususnya generasi muda untuk tidak terjerumus dalam aliran atau kelompok yang menganut paham radikal.
Serta mewaspadai ajakan kelompok radikal yang kerap melabeli diri dengan slogan keagamaan khususnya agama Islam.
"Perlu perhatian dari pemerintah serta pengawasan keluarga dan lingkungan sekitar," kata Edi.(*)