"Berangkatnya, tadi dianterin pake motor sama keponakan, terus ditinggalin. Saya keliling jualannya ke Gisting, Talang Padang, dan tadi juga ke Kota Agung," kisah Agus.
Kemplang dan kerupuk yang ia jual, didapatkannya dari produsen di wilayah Teluk Betung, Bandar Lampung.
"Kerupuk kemplangnya beli Rp 4.500 itu ngambil sendiri di Teluk Betung. Jualnya Rp 6.000," kata pria berkulit sawo matang itu.
Agus mengaku, tiap harinya, selalu ada saja yang membeli barang dagangannya.
120 bungkus kemplang dan kerupuk yang ia bawa hari ini pun, sudah hampir ludes terjual.
"Alhamdulillah, bawanya 120 bungkus, sudah mau habis. Ini sudah sore, pulang di jemput di jalan sama keponakan saya, kan nanti dia liat saya," tuturnya.
Sembari menunggu keponakannya menjemput, ayah dua orang anak itu mengisahkan, dirinya pernah menjadi pengamen.
"Sebelumnya, kerjanya jadi musisi, ranger keyboard. Kadang ngamen di panggung, kadang ngamen di pasar," kata dia.
Hal itu ia lakukan kala penglihatannya masih normal.
Kebutaan yang ia derita bukanlah cacat bawaan lahir, melainkan akibat terserang penyakit glukoma beberapa tahun silam.
"Bukan bawaan lahir, tetapi karena penyakit glukoma, sehingga total gak bisa lihat," tuturnya.
"Kalau berobat, sudah kemana-mana, Jakarta, Bandung, Yogyakarta," sebut Agus.
Apesnya, hingga saat ini, belum ada obat yang benar-benar ampuh untuk dapat menyembuhkan penyakit glukoma.
"Karena, glukoma bukan hanya di Indonesia, mancanegara juga belum ada obatnya," ungkap Agus.
Belum ditemukan obatnya, tak lantas membuat Agus putus asa.