Harapan tetap ia gantungkan demi meraih kesembuhan dan kehidupan yang lebih baik.
Ada keluarga kecil yang masih membutuhkan kehadirannya sebagai sosok kepala keluarga, suami, dan ayah.
Satu di antara pembeli dagangannya bernama Fatimah terketuk hatinya saat menyaksikan perjuangan Agus dalam mencari sesuap nasi lewat media sosial Facebook.
Perjuangan Agus sempat viral di Kabupaten Tanggamus lantaran seorang pengguna Facebook yang memosting video Agus saat menjajakan dagangannya.
"Oom ini kan, sudah trending di Facebook," kata Fatimah seraya menikmati kemplang yang dibelinya.
Fatimah menilai, kemplang yang dijual Agus Wahyudi terasa enak dan renyah.
"Kemplangnya enak, renyah. Saya sering beli, tadi pagi juga lewat saya beli," tutupnya.
Barangkali, sebuah adagium yang berbunyi 'harum menghilangkan bau' amat sesuai disematkan pada kisah Agus ini.
Melalui kisahnya, Agus seakan menampar manusia normal tanpa cacat yang bermalas-malasan dalam mencari sesuap nasi.
Dewasa ini, cukup banyak ditemui orang-orang yang kondisi fisiknya lebih baik dari Agus, tetapi hidup hanya dengan berpangku tangan.
Mereka hanya mengharapkan uluran tangan orang lain, tanpa mau berusaha.
Tak sedikit pula yang mencari jalan lain dalam mengais rezeki dengan melakukan tindakan kriminal.
Ada pula yang justru memilih untuk mengakhiri hidupnya lantaran putus asa akibat tekanan hidup yang begitu berat.
Agus, pria penderita penyakit glukoma yang harus merelakan penglihatannya menghilang, justru memilih untuk tidak berpangku tangan.
Ia terus bekerja dengan giat guna memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
( Tribunlampung.co.id / Nanda Yustizar Ramdani )