Berita Lampung

Pasir Laut di Keteguhan Ikut Menghitam Terdampak Air Limbah TPA Bakung

Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi air laut yang menghitam akibat limbah TPA Bakung. Pasir laut di Keteguhan ikut menghitam akibat limbah TPA Bakung.

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Dampak dari limbah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung bukan saja dirasakan warga Keteguhan, Telukbetung Timur, Kota Bandar Lampung.

Warga yang tinggal di pesisir laut Keteguhan pun merasakan hal serupa.

Tribun Lampung melihat langsung pesisir laut Keteguhan ini pada Jumat (1/7/2022).

Pasir di pesisir laut yang semula bersih kini berwarna hitam.

Begitupun air yang bermuara ke laut juga berwarna hitam.

Baca juga: Cabai Merah Sumbang Inflasi Lampung

Baca juga: Kawasan Pesisir Keteguhan Bandar Lampung Tercemar Limbah, Anak-anak Tetap Nekat Cari Kerang

Seperti diketahui, limbah TPA Bakung mengalir dari hulu TPA hingga ke hilir

pesisir laut di Kelurahan Keteguhan sepanjang 3 kilometer (km).

Para nelayan di sekitar kawasan ini mengaku, telah bertahun-tahun mencium bau menyengat akibat limbah TPA Bakung tersebut.

Selain itu, kaki para nelayan juga sering gatal-gatal ketika menginjak pasir yang terpapar limbah atau bersentuhan dengan air laut yang terkena limbah.

Karena itu, saat ini nelayan menggunakan sepatu jika beraktivitas di kawasan ini.

Pantauan Tribun kemarin, pesisir laut yang menjadi muara limbah hitam pekat TPA Bakung jadi tempat anak-anak mencari kerang.

Mereka terlihat asyik mengeduk lumpur-lumpur hitam di pinggiran pantai untuk mencari kerang.

Lumpur hitam yang menumpuk di pesisir itu hampir selutut orang dewasa.

Ketika air laut sedang pasang, sebagian dari anak-anak lain mulai mengambil pancing andalannya untuk memancing di sekitaran pesisir itu.

Jika kail pancing tersangkut mereka terpaksa menyelam ke laut yang tercemar limbah TPA Bakung.

Selain limbah yang menghitam, sampah-sampah plastik dan botol bekas kemasan air mineral juga terlihat di sepanjang pesisir laut Keteguhan. Kesan kumuh sangat terlihat saat menyambangi kawasan tersebut.

"Kalau ini mah sejak ada TPA itu baunya. Sudah lama bertahun-tahun kali hampir puluhan tahun," kata EN, warga sekaligus nelayan setempat.

EN menuturkan, bukan hanya bau yang mereka dapatkan. Kaki para nelayan juga sering gatal dan berkoreng yang diduga kuat akibat limbah tersebut.

Karena itu, berapa tahun belakangan para nelayan disana menggunakan sepatu.

"Ya mau gimana lagi, kalo udah turun pasti kena lumpur. Besok-besoknya tau-tau udah gatel aja terus korengan," kata EN.

Hal yang sama diungkapkan oleh AM warga setempat. AM mengaku tak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi tersebut.

Anak-anak dan orang dewasa yang hidup di pesisir laut Keteguhan memang sudah biasa dengan bersentuhan langsung dengan limbah.

"Ya memang kayak gitu. Apalagi nelayan ya sehari-harinya di laut pasti ya turun ke pesisir ini," kata dia.

Dia berharap pemerintah Kota Bandar Lampung bisa melihat langsung kehidupan warga pesisir laut Keteguhan.

"Ya harapannya dilihat aja dulu kesini," ketusnya.

Sementara akademisi dari Universitas Lampung Ofik Taufik Purwadi mengungkapkan, kehadiran limbah berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Salah satunya, yakni masalah kesehatan.

"Limbah itu tidak bisa dikonsumsi. Jika air sumur tercemar limbah juga tidak bisa dikonsumsi. Jika dikonsumsi berbahaya untuk kesehatan," kata Ofik, Kamis (30/6).

Dia menjelaskan ada parameter kualitas air yang baik untuk dikonsumsi. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum pasal I menyebutkan air minum adalah air yang melalui proses atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

"Jadi kalau dia harus diolah dulu itu adalah air baku. Kalo air limbah maka itu bukan air yang bisa diminum karena tidak bisa memenuhi persyaratan," katanya.

Terkait kondisi di atas, dia mensarankan agar warga Keteguhan tidak mengkonsumsi air yang sudah tercemar limbah.

"Kalau sudah tercemar air limbah ini gak bisa dipakai atau harus di-treatment lagi. Karena limbah air itu akan meresap melalui pori-pori tanah," ujarnya.

Ia pun berharap Pemkot Bandar Lampung segera memperbaiki tata kelola limbah sampah TPA Bakung.

Sebab, limbah bisa semakin meluas. Apalagi, volume TPA Bakung dengan kolam limbah tidak sesuai.

"Volume TPA Bakung 14,2 hektare, sementara kolam lindinya itu 60 meter persegi, maka gak kuat nampung. Maka harus ada perbaikan di sini. Harus ada tata kelola terhadap kolam dan drainase itu," jelasnya.

(Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama)

Berita Terkini