Tribunlampung.co.id, Lampung - Kesuksesan usaha kopi bermerek Ratu Luwak yang dijalani pengusaha kopi Sapri di Lampung Barat ternyata tidak diraih mudah.
Siapa sangka, Sapri dulunya tukang cangkul di kebun sayur, namun kini sukses jadi pengusaha kopi asal Lampung Barat dengan produk kopi merek Ratu Luwak.
Untuk produksi kopi Ratu Luwak, Sapri melibatkan 18 karyawan, 20 ekor lebih musang binturung, hingga kopi merek Ratu Luwak capai omset Rp 30-50 juta per bulan.
Produk kopi dari Sapri memang mengambil spesifikasi varian kopi dari binatang luwak, bagian dari kelompok musang.
Jatuh bangun di usaha pertanian hingga tertipu investasi bodong sudah dirasakan Sapri, hingga kini kini kopi Ratu Luwak, Lampung Barat sukses.
Baca juga: Penyebab Kebakaran Rumah Warga Belalau Lampung Barat Berawal Dari Api Kompor
Baca juga: Tim Pengabdian Masyarakat UM Metro Lakukan Rebranding Pemasaran Internasional Kopi Luwak
Menurut Sapri, pegusaha kopi berusia 56 tahun ini, perjalanan hidupnya telah melewati banyak lika-liku.
Namun dirinya selalu fokus bekerja dan tetap ingin berusaha keras dalam mengejar cita-citanya.
Diawali dari bertani hingga terjebak investasi bodong, telah Sapri rasakan untuk membuat usaha kopi luwaknya menjadi sukses seperti sekarang ini.
Ia memulai semuanya dari tukang cangkul kebun sayur, semua dilakukannya secara otodidak tanpa bantuan siapapun.
Awal-awal bertani, selalu mendapatkan perlakuan diremehkan oleh orang-orang, dikatakan petani itu kotor.
“Petani ini ga hina loh, semua kehidupan di bumi ini berawal dari tani, Pak Harto aja dari tani,” kata Sapri.
Ia menjelaskan bahwa bertani itu sesuatu hal yang mulia, karena keuntungan yang didapat 100 persen halal.
Baca juga: Kuliner Lampung, Ratu Luwak Sajikan Kopi dengan Cita Rasa Bangsawan
Baca juga: Breaking News Truk Bermuatan 8 Ton Kopi Terguling di Bypass Bandar Lampung
Di masa muda, Sapri merupakan orang yang penuh perhitungan dan telah melanglang buana serta menemukan banyak penemuan.
Ketika sudah memasuki umur 40 tahun Sapri mulai memikirkan kehidupannya yang masih begitu-begitu saja.
Sampai waktu ketika di tahun 2007 muncul isu bahwa kopi luwak sedang laku di pasaran, dan ia pun tertarik dengan hal itu.
“Dulu jaman saya masih berkebun itu ada teman bilang kalau kopi luwak itu laku di pasaran, harganya bisa laku Rp 700.000 per kilo dalam bentuk pcs,” kata Sapri.