Berita Lampung

Ekspor Udang Lampung Tahun 2022 Turun 11,2 Persen

Penulis: Vincensius Soma Ferrer
Editor: Gustina Asmara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Udang. Kondisi ekspor udang di Lampung mengalami penurunan 11 persen.

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Provinsi Lampung mencatat total nilai ekspor udang hingga triwulan III-2022 sebesar Rp 1,26 triliun.

Nilai itu turun 11,2 persen dibanding periode sama tahun 2021.

"Periode sama tahun 2021, capaian ekspor udang di Lampung ini sebesar Rp 1,4 triliun," jelas Sub Koordinator Pengawasan, Pengendalian dan Informasi (Wasdalin) BKIPM Lampung Muji Saptono, Selasa (18/10/2022).

Muji menjelaskan, penurunan capaian ekspor udang tersebut karena adanya penurunan frekuensi ekspor. Tahun 2021 hingga triwulan III ada 867 kali pengiriman ekspor udang.

"Sementara untuk periode yang sama di tahun ini tercatat baru 741 kali atau turun sebanyak 126 kali atau turun sebesar 14,5 persen jika dilihat secara frekuensi ekspor," jelas Muji.

Baca juga: Penimbunan Solar 390 Ton di Lampung, Polda Amankan Direktur PT URM, Pemasok, hingga Sopir

Baca juga: Tabrak Truk Mogok Pinggir Jalan, Dua Pengendara Motor Tewas di Jalintim Lampung

Penyebab lain penurunan ekspor itu karena negara tujuan ekspor mengalami inflasi.

Seperti di Amerika yang berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) AS melonjak hingga 8,2 persen pada September 2022. Lonjakan ini diikuti oleh kenaikan inflasi inti yang mencapai 6,6 persen.

"Karena inflasi di Amerika, daya beli masyarakat Amerika tentu turun. Hal ini menyebabkan tidak bisa diekspornya udang dari Lampung ke negara tersebut," kata dia.

Karena penurunan frekuensi ekspor, maka pabrik mengalami kelebihan tampungan udang. Sehingga untuk mengurangi dampak domino, volume ekspor udang per satu kali frekuensi ekspor ditambahkan.

Untuk informasi, udang menjadi komoditas ekspor produk perikanan dan kelautan unggulan di Lampung. Selain udang, ada enam produk perikanan dan kelautan lainnya yang diekspor ke luar negeri.

Enam komoditas lainnya tersebut yakni kepiting, ikan beku dan cumi-cumi, sargassum, frozen snail, dan grouper fish.

Naik Fantastis

Nilai ekspor empat produk perikanan dan kelautan mengalami kenaikan yang fantastis.

Empat produk perikanan dan kelautan mengalami kenaikan nilai ekspor tersebut ialah fozen fish, sargassum, Frozen snail dan grouper fish.

Hingga triwulan III tahun 2022, kenaikan nilai ekspor produk perikanan dan kelautan tersebut bahkan mencapai ratusan miliar rupiah jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumya

Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Provinsi Lampung mencatat kenaikan nilai ekspor yang signifikan terjadi pada produk frozen fish.

Kenaikan nilai ekspor frozen fish bahkan mencapai Rp 260 miliar lebih jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Dari yang tercatat Rp 75.785.638.249 pada tahun 2021.

Perubahan menjadi Rp 336.089.546.007 di tahun 2022 ini, atau naik sebesar 343,4 persen.

"Lalu ada sargassum, dengan nilai ekspor dari Rp 3.623.980.437 di 2021 menjadi Rp 5.216.630.030 di tahun 2022," jelasMuji Saptono.

Setelah itu, ada frozen snail dengan nilai ekspor Rp 2.781.792.720 pada tahun 2021, menjadi Rp 4.300.908.920 pada tahun 2022.

Dan yang selanjutnya adalah grouper fish, dengan nilai ekspor Rp 1.963.568.000 pada tahun 2021, menjadi Rp 2.220.000.000 pada tahun 2022.

(Tribunlampung.co.id/Vincensius Soma Ferrer)

Berita Terkini