Pedagang saat ini terpaksa mengambil minyak tanpa merek (curah) untuk memenuhi permintaan minyak goreng di luar kemasan premium.
Padahal sebelum menghilang di pasaran, harga Minyakita sempat naik.
"Sudah sebulan kosong (Minyakita), padahal sebelum kosong harganya satu dus isi 12 itu sempat naik, dari Rp 158 ribu jadi Rp Rp 170-an," kata Toniah, pedagang.
Sementara, untuk harga minyak goreng curah, dikatakan Toniah adalah Rp 15.500-18.000 per kg.
Harga minyak curah yang beragam disebut sebagai buntut dari kosongnya minyakita.
Pemprov Pantau
Saat ini Pemprov Lampung mengklaim masih memantau tren harga dua komoditas tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Elvira Umihanni menyebut kenaikan dua komoditas tersebut masih terbilang wajar.
Sebab muara akibanya terbilang sudah diketahui.
"Kalau beras kan memang kekurangan secara nasional, makanya ada impor beras kemarin. Beras Lampung juga ada indikasi keluar masih dalam bentuk gabah dan belum diketahui keluarnya kemana. Ini masih diselidiki," kata Elvira Umihanni.
Sementara untuk sebab dari kelangkaan minyak goreng dengan merek minyakita, ia menilai karena ada penyesuaian kebijakan dari pemerintah pusat.
"Ini karena ada penyesuaian kebijakan domestic market obligation/ DMO," jelas Elvira Umihanni.
Pembaharuan kebijakan DMO itu yang disebut Elvira Umihanni membuat suplai minyak kita berkurang di tingkat pasar.
Komoditas Lain Terpantau Normal
Sementara itu, dari pantauan dashboard harga pangan nasional, harga bahan pokok luar beras dan minyak masih terbilang memiliki tren harga yang stabil sejak sepekan terakhir.
Seperti daging ayam yang seharga Rp 32 ribu per kg, daging sapi Rp 132 ribu per kg, dan telur ayam yang dijual dengan harga Rp 27 ribu per kg.
(Tribunlampung.co.id / V Soma Ferrer)