“Ini bisa dilihat dengan nilai tukar petani atau NTP yang masih berkisar di angka 100 lebih sedikit,” kata HantonI Hasan.
Hantoni Hasan membeberkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS ), per Juli 2022 NTP Provinsi Lampung berada dikisar 102,035.
“Ini turun 2,05 persen dibanding NTP bulan sebelumnya,” ungkap mantan Ketua Komisi II DPRD Provinsi Lampung Fraksi PKS ini.
Menurutnya, NTP itu secara makna adalah pendapatan petani setelah dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan.
Artinya, kata Hantoni Hasan, pada bulan Juli itu petani hanya mendapatkan 2,035 persen.
Hantoni Hasan pun mengestimasi pendapatan rata-rata yang didapat petani setelah di potong ongkos produksi.
Dia mencontohkan jika seorang petani mengeluarkan biaya produksi misalnya Rp 1 juta dalam setiap panen.
“Kalau 10 persen dari Rp 1 juta berarti pendapatan petani berkisar Rp 100 ribu. Nah, kalau 2 persen dari Rp 1 juta itu berarti hanya dapat Rp 20 ribu,” ungkap Hantoni Hasan.
“Coba bayangkan, kan tidak seimbang dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Apa yang bisa dihasilkan petani yang penghasilan Rp 20 ribu itu,” sambungnya.
Oleh karenanya, Hantoni menilai, tantangan pembangunan pertanian kedepan bukan hanya fokus pada meningkatkan produksi pertanian saja, namun juga bagaimana bisa meningkatkan kesejahteraan petani.
“Tentu persoalan ini tidaklah sederhana, butuh keterlibatan semua pihak. Bagimana kita bisa mengatasi masalah ini, tentu kita harus memahami faktor penyebab NTP kita rendah,” paparnya.
Hal pertama yang mesti di urai ialah soal produksi. Pada tahap ini, kata Hantoni, erat kaitannya dengan sarana produksi pertanian yang harus tersedia.
(Tribunlampung.co.id)