Lampung Bangkit

Hantoni Hasan Soroti Minimnya Lahan Pertanian yang Dimiliki Petani di Lampung

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hantoni Hasan

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung- Minimnya lahan pertanian yang digarap petani di Lampung menjadi sorotan serius politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hantoni Hasan.

Kondisi minimnya lahan pertanian yang dimiliki petani ini, menurut Hantoni Hasan, menjadi salah satu faktor belum meningkatnya kesejahteraan petani di Lampung.

Pengusung tagline Lampung Bangkit ini menyebut rata-rata petani di Lampung memilki lahan pertanian yang kecil, tidak sampai satu hektar.

Kondisi ini juga menjadi faktor minimnya pendapatan yang didapat petani, tidak sebanding dengan ongkos produksi yang dikeluarkan.

“Artinya lahan pertanian yang dimiliki petani kita itu tidak memadai. Dengan kata lain, jika lahannya kecil maka otomatis produksinya untuk petani juga kecil,” terang Hantoni kepada Tribunlampung.co.id beberapa waktu lalu.

Hantoni Hasan juga memandang perlunya perhatian lebih dari pemangku kepentingan terhadap kesejahteraan petani di Lampung.

Baca juga: Hantoni Hasan Ingin Penguatan Data Base Pupuk Subsidi di Lampung, Hindari Penyimpangan oleh Oknum

Baca juga: Hantoni Hasan Ingin Benahi Tata Kelola Penyaluran Pupuk Subsidi di Lampung, Tekan Celah Penyimpangan

Hantoni Hasan menilai, sejauh ini kesejahteraan petani di Lampung masih belum mendapat perhatian lebih.

Kondisi ini, menurut Hantoni, tidak sebanding dengan kerja keras yang dilakukan petani untuk membangkitkan hasil pertanian di Lampung.

Sehingga provinsi Lampung masuk dalam salah satu wilayah lumbung pangan di Indonesia.

“Potensi pertanian di Lampung sangat tinggi, namun sayangnya nasib petani belum mendapat benefit yang sesuai. Kondisi inilah kedepan yang menjadi tantangan kita untuk dibenahi,” ungkap Hantoni Hasan.

Hantoni Hasan yang digadang-gadang bakal maju pada Pemilu 2024 itu mengungkapkan, dari sisi produksi pertanian di Lampung sejauh ini sudah cukup bagus.

Namun sayangnya kondisi itu belum diimbangi dengan upaya untuk meningkatkan benefit petani di Lampung.

“Faktanya begitu, untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Lampung masih belum maksimal,” tutur politisi Partai Keadilan Sejahtera ini.

Hantoni Hasan rupanya punya alasan mengapa menyebut kesejahteraan petani di Lampung masih belum maksimal.

Tolak ukurnya, kata Hantoni, benefit atau keuntungan yang didapat petani dari hasil mengolah lahan pertanian yang digarapnya.

“Ini bisa dilihat dengan nilai tukar petani atau NTP yang masih berkisar di angka 100 lebih sedikit,” kata HantonI Hasan.

Hantoni Hasan membeberkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS ), per Juli 2022 NTP Provinsi Lampung berada dikisar 102,035.

“Ini turun 2,05 persen dibanding NTP bulan sebelumnya,” ungkap mantan Ketua Komisi II DPRD Provinsi Lampung Fraksi PKS ini.

Menurutnya, NTP itu secara makna adalah pendapatan petani setelah dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan.

Artinya, kata Hantoni Hasan, pada bulan Juli itu petani hanya mendapatkan 2,035 persen.

Hantoni Hasan pun mengestimasi pendapatan rata-rata yang didapat petani setelah di potong ongkos produksi.

Dia mencontohkan jika seorang petani mengeluarkan biaya produksi misalnya Rp 1 juta dalam setiap panen.

“Kalau 10 persen dari Rp 1 juta berarti pendapatan petani berkisar Rp 100 ribu. Nah, kalau 2 persen dari Rp 1 juta itu berarti hanya dapat Rp 20 ribu,” ungkap Hantoni Hasan.

“Coba bayangkan, kan tidak seimbang dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Apa yang bisa dihasilkan petani yang penghasilan Rp 20 ribu itu,” sambungnya.

Oleh karenanya, Hantoni menilai, tantangan pembangunan pertanian kedepan bukan hanya fokus pada meningkatkan produksi pertanian saja, namun juga bagaimana bisa meningkatkan kesejahteraan petani.

“Tentu persoalan ini tidaklah sederhana, butuh keterlibatan semua pihak. Bagimana kita bisa mengatasi masalah ini, tentu kita harus memahami faktor penyebab NTP kita rendah,” paparnya.

Hal pertama yang mesti di urai ialah soal produksi. Pada tahap ini, kata Hantoni, erat kaitannya dengan sarana produksi pertanian yang harus tersedia.

(Tribunlampung.co.id)

Berita Terkini