Sampah itu dijual ke pengepul seharga Rp 2.500 per kg.
Nurdaliana biasanya mulai bekerja mencari barang bekas sejak pukul 08.00 WIB.
Lalu ia pulang sekitar pukul 14.00 WIB.
Itu karena ia harus bergantian dengan teman seprofesinya.
Nurdaliana mengaku pernah mendapat bantuan dari pemerintah.
Namun, kini tidak lagi.
Nurdaliana harus melawan rasa gatal dan aroma busuk sampah demi menyambung hidup.
"Harapannya, semoga saya bisa dapat bantuan lagi. Karena pendapatan dari barang bekas ini tidak banyak. Apalagi sekarang harga jualnya murah sekali," keluh Nurdaliana.
(Tribunlampung.co.id/Dominius Desmantri Barus)