Disisi lain, Hantoni juga menyoroti keseriusan Pemda dalam menangani stunting dengan tolak ukur besaran anggaran yang dikucurkan untuk menurunkan kasus stunting.
"Keseriusan Pemda terhadap upaya penanggulangan stunting ini misalnya bisa dilihat seberapa besar anggaran yang disediakan. Begitu juga bagaimana frekuensi koordinasi dan pengawasan terhadap program-program yang sudah dibuat," katanya.
Edukasi Kontinyu
Hantoni Hasan menuturkan, penanggulangan stunting ini semestinya tidak sebatas dalam penyediaan makanan bergizi dan perbaikan sarana fisik dan lingkungan.
Tapi yang tidak kalah penting adalah edukasi secara terus menerus kepada orang tua.
Mengapa? Karena menurut Hantoni Hasan, kasus stunting tidak hanya menyasar keluarga yang kurang mampu.
Kalangan keluarga mampu pun juga bisa terkena stunting terhadap anak-anaknya.
Ini sebagaimana kasus yang terjadi di Kabupaten Pesawaran yang ditemukan kasus stunting pada anaknya.
Dan keluarga di Kabupaten itu tergolong keluarga mampu.
Karena itu, Hantoni menegaskan, edukasi ini sangat penting karena membutuhkan proses yang tidak mudah.
Sebab bisa jadi penyebab stunting bukan hanya faktor ketidaktahuan orang tua, tapi juga karena kebiasaan dan pola konsumsi keluarga yang bersangkutan.
Sebagaimana diketahui, stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dialami oleh balita yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan standarnya.
Sehingga mengakibatkan dampak buruk, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pada jangka pendek berdampak terhadap pertumbuhan fisik yaitu tinggi anak di bawah rata-rata anak seusianya.
Selain itu, juga berdampak pada perkembangan kognitif dikarenakan terganggunya perkembangan otak sehingga dapat menurunkan kecerdasan anak.