“Seperti menanjak, berkelok, bahkan batas waktu yang diberikan,” imbuh Dio.
Dalam perlombaan itu, Dio menyebut, peserta tentu saja memiliki tantangan tersendiri.
“Karena ada banyak tamiya milik peserta yang keluar jalur bahkan jatuh terbalik, tetapi outputnya adalah antusias dan kebersamaan dalam bernostalgia menyatukan hobi yang sama,” tutur dia.
“Bahkan masih banyak peserta yang ikut adalah orang dewasa,” timpalnya.
Kata Dio, perlombaan itu pun para peserta memperebutkan total hadiah sebesar Rp 4 juta.
“Keseruannya makin terasa ketika para peserta harus berlomba untuk menorehkan waktu tercepat dan mampu melintasi lintasan yang berlika dan bergelombang,” Dio menjelaskan.
“Krek-krek” suara Tamiya saat melaju dengan cepatan diatas lintas, menjadi suatu hal umum saat menyaksikan lomba mobil balap mainan buat Jepang.
Tak semua peserta lomba bisa berjalan cepat dengan mulus di lintas, banyak tamiya keluar jalur.
Dari situlah menjadi alasan para pembalap tamiya, bisa mengkombinasikan antara chassis ataupun roller hingga pemberat pada Tamiya.
Satu di antara peserta lomba dan penghobi tamiya bernama Rio Widy dari Kabupaten TulangBawang Barat menyampaikan bermain tamiya memang sulit.
“Pasti setiap bermain tamiya ada kesulitan, kami mencari sesuatu untuk melewati rintangan yang ada,” kata Rio.
Untuk bisa melaju mulus sebanyak 3 kali putaran kata Rio, harus melakukan puluhan kali percobaan hingga menemukan yang cocok.
Pria yang bermain tamiya dari 1 tahun lalu pun mengatakan untuk bisa melintas pada lintasan sulit pun harus membutuhkan penggunana roller yang tepat, bila tidak tamiya akan sering keluar jalur.
“Untuk melalui lintas cukup sulit harus membutuhkan roller yang besar, cari bagaimana bisa melintas lintasan dengan mulus,” ucapnya.
Bisa melaju tidak keluar jalur itu kepuasan tersendiri ditambahlagi dengan bernostalgia bersama para penghobi lainnya.
(Tribunlampung.co.id/Oky Indra Jaya)