Namun, hanya Ketua Umum PBB, Yuzril Ihsa Mahendra saja yang tidak hadir lantaran ada urusan di luar negeri.
Sudah Diprediksi
Di sisi lain, pengamat politik dari Indikator Politik Indonesia menyebutkan jika Partai Demokrat bakal lebih memilih bergabung dengan Prabowo Subianto dibanding Ganjar Pranowo.
Satu di antara alasan yang membuat Partai Demokrat lebih condong ke Prabowo Subianto dibanding Ganjar Pranowo adalah tembok besar antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Megawati Soekarnoputri.
Riwayat hubungan kurang baik antara SBY dengan Megawati Soekarnoputri disebutnya sebagai penghalang besar bergabungnya Demokrat ke Ganjar Pranowo.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, setidaknya ada tiga opsi yang bisa diambil Partai Demokrat.
Opsi pertama adalah membentuk poros baru dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan partai lain.
Selanjutnya adalah bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo Subianto sebagai capres dan terakhir ialah memberi dukungannya kepada Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024 mendatang.
Kendati demikian, Burhanuddin meyakini potensi Partai Demokrat membentuk poros baru sangatlah kecil, pun dengan bergabung kepada kubu PDIP.
Ia menekankan hal itu lantaran adanya riwayat hubungan kurang baik antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Megawati Soekarnoputri.
"Jadi potensi Demokrat untuk bergabung memang lebih besar ke Pak Prabowo,” kata Burhanuddin.
Ia juga menegaskan, kepastian kabar itu harus ditunggu lebih lama
Hal tersebut antaran ditinggalnya Partai Demokrat oleh Anies Baswedan merupakan pukulan telak bagi partai besutan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tersebut.
Langkah Anies bersama Partai NasDem, dinilai sangat melukai Demokrat menjelang Pilpres 2024 mendatang.
“Meskipun lagi-lagi kita perlu lebih sabar untuk menunggu pergerakan Partai Demokrat ke depan,” lanjut Burhanuddin.