Berita Lampung

Kalah Dengan E-commerse, Puluhan Pedagang Simpur Center Bandar Lampung Tutup Kios

Penulis: Hurri Agusto
Editor: Indra Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana sejumlah kios yang tutup di pusat perbelanjaan Simpur Center, Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung, Selasa (19/9/2023)

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Puluhan pedagang di pusat perbelanjaan Simpur Center Bandar Lampung memilih untuk gulung tikar lantaran sepi pembeli, Selasa (19/9/2023).

Adapun para pedagang Simpur Center Bandar Lampung terpaksa meninggalkan kios lantaran kalah bersaing dengan maraknya bisnis yang menjual pelbagai produk melalui e-commerse (jualan online).

Baca juga: Dinsos Bandar Lampung Bantah Penarikan Uang Bantuan Korban Kebakaran

Baca juga: Wali Kota Bandar Lampung Beri Bantuan Puluhan Juta ke Korban Bencana Alam

Hal itu membuat para pedagang di simpur center mengalami kemerosotan pemasukan sehingga tak mampu membayar biaya sewa kios.

Bahkan, tak sedikit di antara para pedagang yang gulung tikar dan meninggalkan usahanya.

Salah seorang pedagang pakaian di Simpur Center, Aisyah (26) mengungkapkan, kios miliknya mengalami kemerosotan pemasukan yang cukup drastis sejak lima bulan belakangan.

Menurutnya, maraknya jual beli online yang belakangan semakin viral menjadi salah satu penyebab turunnya minat pembeli yang datang ke toko.

"Pengunjung sekarang banyak yang beli di online, padahal kualitas produk kami tidak kalah bagus, cuma mungkin mereka jualnya lebih murah," ungkap Aisyah saat ditemui di kiosnya, selasa (19/9/2023). 

Aisyah mengaku, jarangnya pembeli yang datang membuat penghasilannya semakin tak menentu. 

Bahkan, kata dia, tak jarang penghasilan yang ia dapat tak cukup untuk membayar uang sewa kios di Simpur Center tersebut.

"Sewanya kios ini sebulan empat juta lima ratus rubu, kadang juga kami harus nombok karena penghasilan kami tidak cukup untuk bayar sewa kios," imbuhnya

Sementara, Yuni pedagang lainnya mengaku dirinya sudah berupaya mengikuti trend menjual pakaian melalui media sosial tiktok dan instagram.

Namun, upaya tersebut tidak maksimal lantaran dirinya hanya memilii pengikut sosial media yang sedikit.

"Saya udah coba juga jualan online lewat tiktok sama facebook, tapi masih kalah kalah sama mereka karena sering dipromo sama artis juga," 

"Masalahnya mereka yang jualan di live tiktok itu harganya lebih murah, sedangkan kami ini harus bayar sewa kios juga," imbuhnya

Menurut Yuni, fenomena penjualan di sosial media yang disokong oleh artis membuat pedagang kecil seperti dirinha terpaksa harus gigit jari.

Halaman
12

Berita Terkini