“Manfaatnya besar, terutama bagi ibu-ibu yang pengangguran. Kami bisa membantu suami mencari tambahan penghasilan,” tuturnya.
Sebagai bagian dari komunitas yang telah lama membatik di Siger, Nursiah berharap usaha ini terus berkembang dan memiliki penerus yang bisa menjaga kelestariannya.
“Semoga semakin maju, semakin sukses, dan tetap bertahan. Harus ada penerusnya, agar tradisi ini tidak berhenti meskipun kami sudah tua,” katanya penuh harap.
(Tribunlampung.co.id/Virginia Swastika)