Berita Lampung

Ketua Perpadi Lampung Midi Iswanto: Harga Gabah dan Beras Tidak Berbanding Lurus

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BAHAS BERAS - Ketua Perpadi Lampung Midi Iswanto menjadi narasumber dalam wawancara eksklusif di Tribun Lampung, Senin (17/2/2025).

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Pemerintah Indonesia berencana menghentikan impor beras pada tahun 2025. 

Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk mencapai swasembada pangan nasional.

Rencana itu disambut baik oleh Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Lampung Midi Iswanto. 

Dalam wawancara eksklusif di studio Tribun Lampung, Senin (17/2/2025), Midi menyampaikan kondisi terkini harga gabah dan beras di Lampung. 

Bagaimana kondisi padi di Lampung saat ini?

Di Lampung, sejauh ini sudah ada yang mulai panen. Panen raya diperkirakan berlangsung pada akhir Maret hingga April 2025. 

Kami sendiri lebih fokus pada bidang penggilingan, dan sejauh ini anggota Perpadi se-Lampung mencapai 6.980 anggota.

Bagaimana dengan klaster Perpadi di Lampung?

Perpadi terbagi menjadi tiga klaster: besar, menengah, dan kecil. Untuk klaster penggilingan besar di Lampung, hanya ada 22 mesin dengan kapasitas giling mencapai 30 ton per hari.

Klaster menengah berjumlah 235 dengan kapasitas penggilingan 10 ton per hari. Sedangkan klaster kecil mencapai lebih dari 6.000 penggilingan.

Saat ini, harga gabah berkisar Rp 6.500 per kilogram dan HPP (harga pokok produksi) beras sekitar Rp 12.000 per kilogram.

Apakah harga tersebut sudah berbanding lurus dengan biaya penggilingan?

Secara jujur, ini belum berbanding lurus. Proses dari panen, angkutan, penggilingan, hingga menjadi beras cukup panjang.

Jadi, jika harga gabah Rp 6.500 per kilogram, seharusnya HPP beras idealnya berada di angka Rp 12.500 per kilogram.

Hal ini penting untuk meningkatkan margin bagi pengusaha penggilingan, karena tidak semua gabah yang dibeli dari petani bisa diterima di gudang Bulog.

Ada ketentuan tertentu seperti kadar air dan kualitas gabah yang harus dipenuhi.

Apa yang menjadi keresahan utama Perpadi saat ini?

Masalah utama adalah ketidakseimbangan antara harga beli gabah dan harga jual beras.

Margin keuntungan yang diperoleh pelaku usaha penggilingan sangat tipis. 

Apalagi, saat ini harga gabah di Lampung ada yang mencapai Rp 6.600 per kilogram.

Berapa target kebutuhan yang ditetapkan oleh Bulog?

Targetnya, kami harus menggiling hampir 300 ribu ton gabah untuk memenuhi kebutuhan 160 ribu ton beras yang menjadi target Bulog. Mau tidak mau, ini harus dijalankan.

Apa harapan Perpadi dalam mengatasi keluhan pengusaha penggilingan?

Sebenarnya, jika Bulog mampu mencakup pembelian gabah dari petani secara keseluruhan, hal ini akan sangat meringankan beban penggilingan.

Namun, sejauh ini ada semacam pelimpahan tugas kepada penggilingan untuk membeli gabah, sehingga terjalin kerja sama di antara keduanya.

Permasalahannya, terkadang kualitas padi yang disetor petani tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, tetapi penggilingan tetap harus membayar sesuai aturan pemerintah.

Kami meminta petani untuk lebih memperhatikan spesifikasi padi sebelum menggilingnya.

Kami juga berharap masyarakat dapat mengubah mindset mereka terhadap beras yang dikeluarkan Bulog.

Beras Bulog berasal dari petani, dan Bulog perlu mencari cara untuk meningkatkan citra beras tersebut agar tidak selalu dianggap kurang berkualitas. 

(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)

Berita Terkini