Dalam perjalanan, Yan mendapat tambahan laporan dari Kepala Lapas Kutacane, Andi Hasyim bahwa Lapas Kelas II B tersebut dihuni 368 orang.
Sebanyak 319 orang di antaranya berstatus narapidana (napi).
Selebihnya merupakan tahanan titipan kejaksaan atau pengadilan negeri setempat.
“Yang lari itu sebagian besar napi narkoba. Sedangkan napi dan tahanan kasus yang lainnya masih didata,” ujar Yan.
Ia juga mengirimkan video berisi keterangan pers Kepala LP Kelas II B KUtacane kepada insan pers di lobi LP tersebut tadi malam.
Dari video itu tergambar pernyataan Kepala LP Kutacane, Andi Hasyim, bahwa tidak ada unsur kelalaian petugas dalam kejadian itu.
Saat kejadian, semua pintu yakni pintu 1, 2, hingga pintu utama dalam keadaan terkunci. Sipir yang bertugas saat itu hanya enam orang.
Diakuinya, angka itu tak berimbang dengan rasio penghuni LP yang mencapai 368 orang.
Artinya ada kerawaman jika terjadi mobilisasi penghuni sebanyak itu ke satu titik tertentu.
Menurut Andi, puluhan penghuni LP mendobrak pintu 1, 2, dan pintu utama, lalu kabur dengan melomptati pagar besi halaman depan LP tersebut yang tidak begitu tinggi.
Versi lain menyebutkan, para warga binaan lari justru setelah menyerang petugas dan menjebol atap LP.
Sebelumnya sempat terjadi keributan saat penghuni LP antrean mengambil bekal berbuka puasa. Lalu ada yang nekat memanjat plafon dan membobol atap LP untuk lari.
Kepala Lapas Kutacane, Andi Hasyim juga menyebut salah satu faktor pemicu larinya para warga binaan tersebut adanya tuntutan supaya di dalam lapas ini disediakan bilik asmara.
Adapun bilik asmara adalah istilah internal lapas, yakni ruangan khusus yang digunakan oleh napi untuk berhubungan biologis dengan pasangannya yang sah saat datang berkunjung.
Bilik asmara juga disebut bilik cinta atau bilik mesra.