Berita Lampung
Fam Trip Pulau Sebesi dan Perairan GAK, Foto dengan Nemo hingga ke Pulau Umang-Umang
Rombongan tourdibawa ke Pulau Sebuku Kecil untuk snorkling serta berfoto dengan ikan nemo.
Penulis: Bintang Puji Anggraini | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan - Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Provinsi Lampung mengadakan Fam Trip ke Pulau Sebesi dan Perairan Gunung Anak Krakatau, Rabu (3/9/2025).
Dalam sambutannya Kepala Dinas Parekraf Lampung Bobby Irawan menyampaikan, acara ini merupakan rangkaian dari Krakatau Festival.
“Acaranya berbeda dari tahun kemarin karena akan memberikan pengalaman yang lebih seru dan melibatkan masyarakat setempat,” ujarnya, Rabu (3/9/2025).
Ia juga menjelaskan bahwa acara ini untuk mendorong dan mengekspos wisata yang ada di Lampung khususnya Pulau Sebesi dan Perairan Gunung Anak Krakatau.
“Acara ini kami adakan agar wisata yang ada di Lampung semakin hidup lagi,” jelasnya.
“Serta untuk memberdayakan paket wisata yang dimiliki oleh masyarakat sekitar tempat wisata dengan menggunakan jasa open trip mereka,” tambahnya.
Rombongan tour yang terdiri dari beberapa media di Lampung ini berangkat 07.15 wib dari Bandar Lampung dan pukul 09.00 rombongan tiba di Dermaga Canti.
Setelah tiba, rombongan dibawa ke Pulau Sebuku Kecil untuk snorkling dan berfoto dengan ikan nemo.
Lalu setelah rombongan puas berfoto dengan nemo, pada pukul 15.00 wib rombongan sampai di Pulau sebesi dan makan siang kemudian istirahat.
Pukul 19.36 wib peserta mendapatkan penjelasan tentang sejarah Gunung Anak Krakatau hingga cerita saat gunung tersebut erupsi oleh Hayyun (52) selaku tokoh masyarakat setempat.
“Krakatau mulai dikenal oleh dunia saat letusan dasyatnya pada 1883,” ungkapnya.
“Namun untuk saat ini anak gunung krakatau belum bisa disebut sebagai tempat wisata karena merupakan cagar alam yang dilindungi,” terusnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pada 1997 saat dirinya sedang membawa turis Belanda tour ke GAK namun tiba- tiba terjadi erupsi.
“Sebelum anak gunung krakatau aktif, kami berada di atas gunung krakatau,” jelasnya.
“Kami sedang duduk santai, belum sempat menikmati pemandangan, tiba-tiba bumi bergetar,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan saat erupsi terjadi dirinya dan sang wisatawan menyaksikan lahar panas jatuh dari atas gunung ke laut.
“Saat itu kami dikejar oleh lahar dan semuanya panik, saya panik wisatawan pun ikut berlarian panik,” jelasnya.
Singkat cerita Hayyun dan rombongannya pun bisa menyelamatkan diri.
Perahu yang mereka tumpangi akhirnya bisa melaju menjauhi GAK yang sedang erupsi.
Sebab erupsi itu, wisata ke GAK mulai dilirik oleh para wisatawan.
Hayyun juga menjelaskan bahwa harapannya sebagai masyarakat ke Dinas Pariwisata untuk menambah akses jalan ke atas gunung.
Nantinya akses jalan tersebut akan dibangun tempat wisata untuk melihat pemandangan yang ada di Pulau Sebesi dan sekitarnya.
“Saya harap dinas bisa bikin jalan untuk ke gunung, dan membangun menara untuk foto-foto melihat alam di sebesi ini, " harapnya.
Kemudian pukul 21.00 Wib ada instruksi dari tour guide bahwa cuaca tidak mendukung dan gelombang juga sedang tinggi-tingginya. Maka sesuai kesepakatan tour untuk mengelilingi anak gunung krakatau di Kamis (4/9/2025) dibatalkan.
Eksplorasi Keindahan Pulau Umang-Umang
Pada Kamis (4/9/2025) pukul 07.15 rombongan menuju Pulau Umang-Umang untuk berfoto dan menikmati keindahan dari pulau tersebut.
Pulau yang menjadi destinasi utama trip ke Pulau Sebesi ini memiliki keindahan yang sangat memukau.
Dengan pemandangan Gunung Sebesi dan juga hamparan bebatuan dan pasir yang sangat halus membuat para rombongan fam tour sibuk mengabadikan momen tersebut dengan berfoto.
Pembuatan Gula Merah Khas Sebesi
Setelah berpuas foto di Pulau Umang-Umang, kemudian pukul 09.00 rombongan sampai di Dermaga Sebesi untuk berkunjung ke salah satu pembuat gula merah di desa setempat.
Salah satu pembuat gula merah yang dikunjungi yaitu Aniah (26).
Dirinya masih menggunakan cara tradisional dalam pembuatannya.
“Saya biasanya buat dua hari sekali, sekali buat bisa sampai 50 kilo,” ujarnya.
“Proses pembuatan gula ini bisa memakan waktu hingga 4 jam,” tambahnya.
Aniah juga menjelaskan bahan utama dari gula merah miliknya yaitu air nira kelapa yang disadap (deres) langsung dari pohonnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pemasaran gula tersebut yaitu di jual ke tungkulak yang akan di jual ke pabrik-pabrik besar.
Kunjungan ke pembuatan gula merah milik aniah menutup rangkaian fam trip ke Pulau Sebesi dan Perairan Gunung Anak Krakatau.
Selanjutnya rombongan kembali ke Dermaga Canti untuk menuju ke Bandar Lampung.
(TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/ Bintang Puji Anggraini)
Festival Krakatau
Pulau Sebesi
Gunung Anak Krakatau
Lampung Selatan
Disparekraf Lampung
Tribunlampung.co.id
| Produksi Kedelai Lampung Tahun 2024 Turun, Tercatat 4.836 Ton |
|
|---|
| Sering Tak Kebagian BBM Subsidi, Masyarakat Minta SPBU Lampung Tengah Tambah Stok |
|
|---|
| Hari ini Digelar Babak Perempat Final Kejurda Bola Voli U-19 di Bandar Lampung |
|
|---|
| PTBA Serahkan 9 Unit Gerobak Sampah untuk Warga Ring 1 Kertapati |
|
|---|
| Dissos Bandar Lampung Pulangkan 226 Orang Terlantar ke Daerah Asalnya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.