Berita Lampung

Alasan Gubernur Lampung Sebut Jagung dan Padi Gogo Lebih Berharga Dibanding Singkong

Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal meminta petani singkong di sejumlah daerah untuk beralih menanam jagung dan padi gogo

Editor: soni yuntavia
Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama
BERALIH TANAM JAGUNG - Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (KPTPH) Lampung, Elvira Umihanni saat diwawancarai, Kamis (12/9/2025). Gubernur Mirza mendorong petani singkong di sejumlah daerah untuk beralih menanam jagung dan padi gogo. 

“Ya mau tidak mau dijual dari pada busuk. Tapi jelas petani tidak dapat untung. Harga Rp 1.350 dengan potongan 15 persen saja tipis sekali untungnya, apalagi kalau potongan lebih besar. Biaya dari olah lahan, tanam, pupuk, panen, hingga angkut, semua tinggi. Di mana untungnya?” ucap Dasrul.

Terkait kabar sejumlah pabrik tapioka di Lampung tutup, Dasrul memastikan sebenarnya hanya berhenti beroperasi 1-2 hari dan kini tetap berjalan.

Namun, pembelian singkong masih di bawah harga kesepakatan.(ryo)

Perusahaan Bantu Petani

Anggota Komisi II DPRD Lampung, Mikdar Ilyas, yang juga Ketua Panitia Khusus (Pansus) Tata Niaga Singkong, menyambut baik terbitnya surat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Nomor B-2218/TP.220/C/09/2025

Dalam surat yang ditandatangani Direktur Jenderal Judi Sastro itu disepakati bahwa harga ubi kayu petani yang dibeli oleh industri sebesar Rp 1.350 per kilogram dengan rafaksi maksimal 15 persen. keputusan tersebut.

Ia berharap surat edaran dari Kementan benar-benar dijalankan oleh seluruh perusahaan agar membantu masyarakat, khususnya petani singkong.

“Surat ini berlaku untuk seluruh Indonesia, jadi jangan ada lagi perusahaan yang membeli di bawah harga kesepakatan,” tegas Mikdar, Selasa (9/9).

Mikdar juga mendorong pemerintah pusat melalui BUMN mendirikan minimal satu pabrik singkong di setiap provinsi yang memiliki komoditas singkong untuk menjaga stabilitas harga.

“Sudah saatnya anak bangsa mengolah hasil pertanian menjadi produk siap saji yang dibutuhkan dan dikonsumsi secara rutin. Apalagi singkong di Lampung sangat melimpah,” ujarnya.

Anggota Fraksi Gerindra ini juga menegaskan agar keran impor benar-benar ditutup supaya harga singkong di dalam negeri bisa bersaing.

Menurutnya, Lampung memiliki potensi besar. “Lahan kita 600 ribu hektare. Dari satu hektare saja bisa menghasilkan 25 ton. Artinya, kita punya potensi 15 juta ton singkong per tahun dan itu bisa lebih jika pengolahan maksimal,” jelas Mikdar.

Dengan potensi tersebut, ia menilai kebutuhan tapioka nasional bisa terpenuhi tanpa harus membuka keran impor.

“Untuk menghasilkan satu kilogram tapioka dibutuhkan sekitar lima kilogram singkong. Maka dari 15 juta ton singkong, dapat dihasilkan sekitar tiga juta ton tapioka,” tambahnya.(ryo)

( Tribunlampung.co.id )

 

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved