Berita Lampung

Solar Langka, DPRD Lampung Dorong Ketegasan Aparat Penegak Hukum  

Anggota DPRD Lampung Fatikhatul Khoiriyah menilai, kelangkaan solar berdampak luas terhadap perputaran ekonomi di Lampung.

|
Penulis: Hurri Agusto | Editor: soni yuntavia
Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto
ANTREAN - Suasana sejumlah truk mengantre di SPBU Bandar Lampung, Senin (29/9/2025). Pihak SPBU menyebut keterbatasan pengiriman sebabkan antrean mengular. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Anggota DPRD Lampung Fatikhatul Khoiriyah menilai, kelangkaan solar berdampak luas terhadap perputaran ekonomi di Lampung.

Menurutnya, kelangkaan tersebut tidak hanya menyulitkan kendaraan, tetapi juga dirasakan oleh nelayan, petani, hingga kontraktor.

Fatikhatul juga berharap aparat penegak hukum menindak tegas apabila ditemukan adanya praktik penimbunan solar di Lampung.

"Ada dugaan penimbunan solar, kita harap pihak berwenang bisa bertindak tegas," ujarnya. 

Dalam beberapa minggu terakhir terjadi antrean panjang solar di SPBU di Kota Bandar Lampung.

"Iya, beberapa hari terakhir kami banyak mendapat keluhan soal sulitnya solar. Walaupun ada, jumlahnya sangat terbatas. Kendaraan harus antre panjang, begitu giliran mengisi, sudah habis," ujar Fatikhatul Khoiriyah saat diwawancarai, Senin (29/9/2025).

Khoir, sapaan akrabnya, mendorong adanya kolaborasi dari berbagai pihak untuk mencari solusi agar ketersediaan solar di Lampung bisa terpenuhi.

"Sumatra ini kan daerah penghasil minyak, mestinya kondisi seperti ini tidak terjadi," tuturnya.
Ia menegaskan, dampak kelangkaan solar sangat terasa di sektor ekonomi.

"Banyak yang terdampak. Nelayan tidak bisa melaut, sopir angkutan juga mengeluhkan hal ini. Begitu juga dengan petani dan kontraktor," katanya.

Sejumlah sopir di Bandar Lampung mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi.

Pantauan Tribun Lampung, di SPBU Soekarno-Hatta, Tanjung Senang, Senin (29/9/2025), antrean panjang truk maupun minibus dengan bahan bakar solar tampak di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ini.

Antrean mengular sampai ke area bahu Jalan Soekarno-Hatta, seolah menjadi pemandangan biasa yang terjadi di sejumlah SPBU Bandar Lampung sejak beberapa waktu belakangan.

Bayu (45), seorang sopir truk yang biasa melintasi rute Sumatera-Jawa, mengaku kondisi kelangkaan solar ini membuat mobilitas dan waktu kerjanya terganggu.

"Iya, susah nyari solar sekarang. Di semua Lampung ini susah, di daerah Sumatera yang lain juga susah. Tapi di Jambi sama Pekanbaru ada, antre enggak sepanjang di sini," ujar Bayu, saat diwawancara.

Menurut Bayu, kelangkaan solar ini sudah terasa sejak sekitar tiga bulan terakhir.

Ia mengungkapkan, untuk mendapatkan solar di SPBU tempat ia mengantre, ia harus rela menghabiskan waktu setidaknya dua hingga tiga jam.

"Antrenya lumayan lama, ada sekitar 2-3 jam kalau (stok) ada," kata dia.

Meskipun begitu, Bayu mengaku tidak banyak berharap dengan kondisi solar yang langka saat ini. "Saya enggak berharap banyak, jalanin aja, yang penting ada solarnya," katanya pasrah.

Senada dengan Bayu, Sanip (48), sopir truk lokal warga Panjang yang sehari-hari mengangkut makanan ringan di wilayah Lampung, juga merasakan dampak serupa.

Ia menyebut kelangkaan solar ini sudah terjadi kurang lebih dua bulan.

"Solar susah, udah lama sekitar dua bulan. Kalaupun ada antrenya lama. Biasanya antre satu sampai dua jam," keluh Sanip.

"Kalau dibilang ya terganggu, karena waktu kita kepotong karena harus antre," Kata dia.

Sanip berharap agar ketersediaan solar dapat kembali normal sehingga aktivitasnya tidak terganggu.

"Yang penting solar ada terus, harga jangan naik, enggak antre panjang, biar kerjaan lancar," harapnya.

Mobil Mewah Antre Solar 

Febi, warga Bandar Lampung menyatakan, kakaknya yang memiliki minibus berbahan bakar solar ikut merasakan dampak dari kelangkaan BBM tersebut. Mobilitas sehari-hari jadi terganggu.

Dia menceritakan saudaranya mesti antre dua hingga tiga jam untuk mendapat solar subsidi. Padahal, kakaknya punya barcode Pertamina sehingga layak mendapatkan pasokan solar subsidi. 

"Apalagi mobil kakak saya keluaran lama tahun 1996, yang memang pantas membutuhkan dan menerima solar subsidi," tandasnya.

Dia juga berharap distribusi solar di Lampung bisa tepat sasaran agar tidak terus-terusan langka

Sebab dia melihat banyak mobil pribadi mewah antre BBM solar subsidi. 

Karena itu dia berharap pemerintah ke depannya lebih selektif dalam memberikan barcode Pertamina, dengan mengutamakan kendaraan yang lebih layak menerima solar subsidi.

Kuota Terbatas

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU di Bandar Lampung mengaku pengiriman stok bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar bersubsidi bukan wewenang mereka.

Keterbatasan kuota solar subsidi dari depot mengakibatkan antre kendaraan di SPBU mengular.

Mereka menyebut, pembatasan kuota dan jadwal pengiriman dari depot Pertamina menjadi penyebab utama stok di lapangan tidak menentu.

M Aldri Ansyah, pengawas SPBU Soekarno-Hatta, Sukarame, Bandar Lampung, mengungkapkan, bahwa kuota harian solar bersubsidi mereka tidak tetap karena harus mengikuti aturan dari depot.

"Kalau kita, untuk kuota itu ada aturan dari depot, jadi harus dikitir, jadi enggak tentu," ujarnya saat diwawancara, Senin (29/9/2025).

Menurutnya, kuota harian SPBU tersebut berkisar antara 16.000 liter atau 16 ton.

"Kalau di sini rata-rata per hari 16.000 liter atau sekitar 16 ton, tapi kadang juga cuma 8 ton, satu mobil," ungkapnya.

Terkait pengiriman, ia mengakui jadwalnya juga tidak menentu.

"Itu juga jadwal kitir (transaksi pengiriman) itu per 5 hari diganti (berubah), jadi kami enggak bisa menentukan jumlah kuota, karena itu yang menentukan dari depot," tegasnya.

Meski demikian, Aldri mengungkapkan setidaknya stok solar subsidi yang datang ke SPBU tersebut selalu ada setiap hari.

"Untuk pengiriman juga enggak menentu, kalau lagi lancar ya lancar kayak sekarang, tapi kalau lagi sulit ya sulit juga," katanya.

"Tapi setiap hari selalu ada stok datang, minimal satu mobil (8 ton)," tambahnya. Dia menuturkan, satu mobil tangki yang membawa sekitar 8.000 liter solar tersebut, lanjutnya, biasanya habis kurun waktu 8 jam.

"Kalau satu mobil itu biasanya pasti habis satu shift (kerja), sekitar 8 jam," jelasnya.

Wewenang Pertamina 

Mengenai kelangkaan yang sering terjadi, pihak SPBU dipastikan tidak pernah menahan stok.

"Soal solar yang langka, kalau di (SPBU) sini sih, (solar) enggak pernah ditahan, kalau ada ya ada. Walaupun kita akui antre itu pasti ada," aku M Aldri Ansyah, pengawas SPBU Soekarno-Hatta, Sukarame, Bandar Lampung.

Ia menambahkan, saat stok kosong, pihaknya selalu memberi tahu pelanggan. 

"Tapi kalau lagi kosong ya kita juga bilang ke pelanggan, karena mereka juga butuh kepastian," imbuhnya.

Sementara itu, petugas SPBU Soekarno-Hatta yang juga tak mau disebut namanya, menyatakan bahwa urusan stok solar bersubsidi berada di bawah wewenang Pertamina.

"Kalau itu (stok), wewenang Pertamina, bukan ke kita," katanya.

Meski demikian, ia mengklaim stok Solar bersubsidi di SPBU tempatnya bekerja terbilang lancar.

"Kalau di sini sih lancar-lancar saja. Itu sopir-sopir antre," pungkasnya, sembari menunjuk barisan kendaraan yang sedang menunggu giliran mengisi BBM.

( Tribunlampung.co.id / Hurri Agusto / Riyo Pratama )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved