Berita Terkini Nasional

Cerita Nurul, Satu-satunya Perempuan di Tim Penyelamat Bilqis, "Dia Pikir Saya Jahat"

Cerita Nurul Andri Pradiwi, pekerja sosial di Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Jambi yang menjadi satu-satunya perempuan dalam tim penjemputan Bilqis.

Tribun Jambi/Rifani Halim
JEMPUT BILQIS - Pekerja Sosial Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Nurul Andri Pratiwi (31), perempuan yang berperan dalam penjemputan Bilqis Ramadhany (4), anak Makassar yang diculik Sri Yuliana dan ditemukan di permukiman Suku Anak Dalam Merangin Jambi. 
Ringkasan Berita:
  • Nurul Andri Pradiwi, satu-satunya perempuan dalam tim, ikut menjemput Bilqis Ramadhany (4) yang ditemukan di permukiman Suku Anak Dalam.
  • Perjalanan gelap dan sulit ditempuh bersama para temenggung; Bilqis sempat takut sebelum akhirnya tenang di perjalanan.
  • Nurul menegaskan fokus mereka hanya keselamatan anak, tak menanggapi isu adopsi Rp85 juta.
  • Penjemputan berlangsung kooperatif, melibatkan polisi, Dinsos, dan temenggung hingga Bilqis dibawa ke kepolisian.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bangko - Cerita Nurul Andri Pradiwi (31), pekerja sosial di Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Jambi, yang menjadi satu-satunya perempuan dalam tim penjemputan Bilqis Ramadhany (4).

Bilqis Ramadhany adalah bocah asal Makassar yang diculik Sri Yuliana dan ditemukan di permukiman Suku Anak Dalam (SAD) Merangin, Jambi.

Proses penyelamatan Bilqis untuk kembali ke pangkuan ke kedua orang tuanya cukup berliku. Selama sepekan, jajaran kepolisian tak berhenti melakukan penelusuran demi penelusuran demi menemukan Bilqis.

Nurul pun menceritakan kisahnya saat ikut dalam tim penjemputan Bilqis di Taman Nasional Bukit Duabelas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Suku Anak Dalam adalah satu di antara komunitas adat atau kelompok etnis asli yang tinggal di pedalaman hutan Jambi dan sebagian Sumatra Selatan. Mereka juga dikenal dengan sebutan Orang Rimba.

SAD hidup secara semi-nomaden di kawasan hutan Sumatra. Memiliki budaya, bahasa, dan sistem kepercayaan yang khas. Tradisi mereka sangat erat dengan alam dan hutan sebagai sumber kehidupan.

Dikutip Tribunlampung.co.id dari TribunJambi.com, perempuan berhijab ini menuturkan perjalanan penjemputan Bilqis di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas dan angkat bicara terkait berbagai narasi liar yang berkembang di media sosial.

"Kami tidak akan menanggapi hal-hal seperti itu. Fokus kami hanya pada keselamatan anak," ujarnya kepada Tribun Jambi.

Menurut Nurul, perjalanan menuju Bukit Suban dilakukan bersama tiga temenggung, yaitu Temenggung Jhon, Temenggung Roni, dan Temenggung Sikar. 

Mereka menempuh perjalanan sekitar dua jam dengan kondisi jalan gelap dan sempit. 

Bilqis pertama kali ditemukan sekitar pukul 19.00 WIB, sebelum kemudian proses penjemputan dilanjutkan.

"Kami hanya mengikuti jalur temenggung. Gelap sekali, jalannya kecil, dan kami juga kejar waktu karena bensin hampir habis," jelasnya.

Saat dijemput, Bilqis sempat merasa takut karena tidak mengenal petugas dan situasi sekitar yang gelap.

"Dia sempat berpikir saya (Nurul) orang jahat. Wajar, karena kondisi memang gelap dan dia belum kenal kami," kata Nurul.

Baca juga: Sosok Temenggung John, Rela "Tebus" Bilqis dari Suku Anak Dalam Pakai Kocek Pribadi

Di dalam mobil, Nurul kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa tujuan mereka adalah memulangkan Bilqis Ramadhany kepada orang tua kandung. 

Setelah mendapat penjelasan bahwa para temenggung yang hadir adalah orang baik, anak tersebut mulai tenang dan akhirnya beristirahat.

Tak Bersedia Komentar Soal Adopsi

Terkait isu adanya uang adopsi Rp85 juta, Nurul menegaskan hal itu bukan ranah Dinas Sosial.

"Itu kewenangan kepolisian. Kami fokus pada trauma dan keselamatan anak. Soal penyidikan, kami percaya kepada polisi," tegasnya.

Dia mengaku terkejut melihat banyak narasi liar yang berkembang.

"Kami sebenarnya ingin kasus ini tidak terekspose. Kami bekerja ya bekerja saja. Tapi sudah terlanjur tersebar," ujarnya.

Nurul memastikan proses penjemputan dilakukan tanpa paksaan terhadap keluarga angkat tempat Bilqis tinggal bersama Begendang dan Ngerikai. 

Menurutnya, keluarga tersebut bahkan bersikap kooperatif.

"Mereka tidak menahan. Mereka menyerahkan. Hanya saja anaknya yang tidak mau lepas. Jadi kami pelan-pelan, tetap minta izin," jelasnya.

Pencarian dilakukan sejak Jumat sore hingga Sabtu malam, 7-8 November, melibatkan kepolisian, Dinas Sosial, dan perwakilan temenggung.

Proses berlanjut hingga Bilqis akhirnya dibawa ke kepolisian.

"Semua bekerja keras," tambahnya.

Nurul juga menegaskan pekerja sosial memiliki batasan dalam memberikan keterangan terkait Suku Anak Dalam kepada media massa maupun media sosial. 

Nurul mengatakan tidak bisa membeberkan banyak hal karena kode etik.

"Kami tegak lurus. Tidak membela siapa pun. Kami hanya memediasi konflik. Ada hal yang tidak bisa kami sampaikan ke publik," tegasnya.

Dia mengatakan baru bertugas di Dinas Sosial sejak Juni 2025, namun telah terbiasa dengan dinamika Suku Anak Dalam karena orang tuanya dulu aktif dalam kegiatan sosial terkait komunitas tersebut.

"Jadi tidak asing lagi. Sekarang jalannya membawa saya bertugas di bidang ini," tuturnya.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved