Warga Mengeluh, Sawahnya Tak Bisa Digarap Gara-gara Pembangunan Tol
Sekitar 8 hektar sawah warga di desa Klaten kecamatan Penengahan sejak setahun terakhir tidak lagi bisa digarap.
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Reny Fitriani
Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMSEL - Sekitar 8 hektare sawah warga di desa Klaten kecamatan Penengahan sejak setahun terakhir tidak lagi bisa digarap. Pasalnya aliran air yang melalui jaringan irigasi kini tidak lagi bisa dimanfaatkan petani akibat pembangunan jalan tol trans Sumatera (JTTS).
Pantauan tribun dilapangan melihat, aliran sungai kecil yang menuju jaringan irigasi untuk sawah sekitar 7 warga yang terpotong jalan tol mengalami perubahan alur. Aliran air sungai dibuatkan oleh pihak pelaksana pekerjaan proyek jalan tol dengan dua gorong-gorong pada bawah badan jalan.
Baca: Bahaya Bagi Kesehatan! Kenali 9 Tanda Kamu Mengonsumsi Terlalu Banyak Gula
Tetapi aliran air ini tidak lagi masuk ke jaringan irigasi yang menuju ke sawah warga. Sehingga sudah sekitar 1 tahun terakhir petani yang memiliki sekitar 8 hektar sawah lokasi tersebut tidak lagi bisa mendapatkan air untuk menanam padi. Mereka pun terpaksa beralih ke tanaman jagung.
Pihak pelaksana tol memang membuat gorong-gorong tambahan ke jalur irigasi. Tetapi gorong-gorong ini belum tersambung dengan saluran sungai. Sehingga air belum masuk ke jaringan irigasi yang bisa dimanfaatkan petani untuk mengairi sawahnya.
Baca: Super Wow, Raisa Tampil Beda dengan Gaya Maskulin, Siap-siap Kepincut
Hargito, salah satu tokoh masyarakat Klaten mengatakan seharusnya dalam pembangunan jalan tol pihak pengembang tetap harus memperhatikan dampak pada warga sekitarnya. Jangan sampai pembangunan jalan tol justru menimbulkan kerugian pada warga.
“Warga sudah mendukung adanya jalan tol. Tapi jangan pula pembangunannya merugikan masyarakat sekitar. Seperti petani yang lahan sawahnya tidak lagi bisa mendapatkan sumber air,” ujarnya kepada tribun, senin (28/11).
Menurut Hargito, seharusnya dalam pembangunan pihak pelaksana proyek tetap harus memperhatikan dampak langsung pada lingkungan sekitarnya. Seharusnya, imbuhnya, pihak pelaksana proyek tetap membuatkan jalur aliran air yang bisa masuk ke jaringan irigasi. Sehingga petani yang sawahnya ada disekitar tol tetap bisa menggarap lahannya.
Ia juga melihat kondisi ini justru menjadi paradoks dari upaya pemerintah meningkatkan produksi beras melalui percepatan tanam oleh petani. Bahkan untuk ini pemerintah membentuk upsus. Tapi disisi lain proyek jalan tol yang juga digagas pemerintah justru mengakibatkan lahan sawah petani tidak lagi mendapatkan air untuk tanam.
Terpisah Kabid Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura Lampung Selatan, Mugiono mengaku sudah mendapatkan informasi terkait adanya lahan sawah warga di desa Klaten yang kini tidak lagi bisa digarap dikarenakan sumber air yang melalui irigasi tidak lagi berfungsi.
“Sudah ada informasi. Tapi kita belum mengecek langsung ke lapangan. Nanti kita bersama dengan tim upsus akan meninjau,” terangnya.
Sejauh ini pihak pelaksana pekerjaan tol ruas Bakauheni – Sidomulyo, PT. Pembangunan Perumahan (PP) belum bisa dimintai komentarnya terkait hal tersebut. General Affair PT. PP, Yus Yusuf belum bisa dihubungi tribun.(dedi/tribunlampung)