Liputan Khusus Tribun Lampung

Ruang Tunggu Gedung Terminal Rajabasa Malah Jadi Lapangan Bulutangkis

Kondisi gedung kembar Terminal Rajabasa, Bandar Lampung, kini semakin semrawut.

Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Ridwan Hardiansyah
TRIBUN LAMPUNG/Noval Andriansyah
Gedung AKAP (kanan) dan gedung AKDP (kiri) Terminal Rajabasa, Kamis (6/4/2018). 

Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kondisi gedung kembar Terminal Rajabasa, Bandar Lampung, kini semakin semrawut.

Dibangun dengan anggaran hingga puluhan miliar rupiah, gedung dua lantai tersebut tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Alih-alih memberi kenyamanan kepada para penumpang, aula gedung kendali angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) dan antarkota dalam provinsi (AKDP) itu, kini dipenuhi lapak pedagang.

Ada pula lapangan badminton di bagian tengah aula gedung AKAP, yang sejatinya berfungsi sebagai ruang tunggu penumpang.

Baca: Perda Kawasan Tanpa Rokok Sudah Berlaku di Lampung, Ini 8 Lokasinya

Gedung kembar di terminal tipe A dan terbesar di Lampung diresmikan pada 1 Agustus 2011, setelah dibangun sejak 2006.

Lapangan bulutangkis di aula gedung AKAP Terminal Rajabasa, Minggu (1/4/2018). Aula yang seharusnya difungsikan sebagai ruang tunggu penumpang tersebut, mampu menampung 1.000 orang.
Lapangan bulutangkis di aula gedung AKAP Terminal Rajabasa, Minggu (1/4/2018). Aula yang seharusnya difungsikan sebagai ruang tunggu penumpang tersebut, mampu menampung 1.000 orang. (TRIBUN LAMPUNG/Perdiansyah)

Kondisi di dalam kedua gedung tersebut kini terkesan semrawut.

Pantauan Tribun pada Minggu (1/4/2018), aula masing-masing gedung yang berada di lantai satu, tampak dipenuhi sekitar 15 lapak pedagang.

Lebih parah lagi, sebuah lapangan bulutangkis tampak di tengah aula gedung AKAP.

Lapangan tersebut dilengkapi dua tiang dengan net di tengahnya.

Bagian bawah setiap tiang terlihat ditanam dengan melubangi lapisan keramik yang ada.

Selayaknya lapangan bulutangkis, garis-garis penanda batas lapangan pun tampak di aula tersebut.

Garis berwarna hitam itu melapisi bagian atas keramik, yang didominasi warna krem, dan sedikit keramik warna hitam.

Seorang pedagang, Yati (42) mengungkapkan, lapangan tersebut sudah ada saat ia mulai berjualan di aula gedung AKAP, sekitar setahun lalu.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved