Kisah Kakek 90 Tahun yang Tak Pernah Menikah
Agar gubuk bisa seperti "rumah", Zakaria menggunakan plastik dan terpal bekas (sampah) sebagai atap.
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BAKAUHENI - Setiap orang mungkin bermimpi menikmati hari senja bahagia. Tapi tidak dengan Zakaria Umar.
Di usia yang sudah mencapai 90 tahun, ia tinggal sebatang kara di sebuah gubuk kecil nan kumuh. Lokasinya di tengah kebun pisang Dusun Belebu, Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan.
Gubuk itu tidak pantas untuk ditinggali manusia karena tak ubahnya seperti kandang hewan. Gubuk kecil itu terbuat dari bekas pelepah pisang jatuh mengering dari pohon plus ditopang bambu.
Agar gubuk bisa seperti "rumah", Zakaria menggunakan plastik dan terpal bekas (sampah) sebagai atap. Agar ketika hujan, air tidak masuk dalam gubuk kecilnya. Di dalam gubuk, tercecer perabotan plastik, sepatu bekas dan baju bekas.
Baca: Soal Isu Bom di Transmart, Begini Kata Kapolda
Terkait alasannya tinggal sendiri, jawaban Zakaria bikin terenyuh. "Nggak ada yang mau sama saya. Saya juga nyaman tinggal sendiri," ujarnya, Selasa, 15 Mei 2018.
Dari ceritanya, Zakaria mengaku berasal dari Jember, Jawa Timur. Ia datang ke Lampung pada 1970-an. Sebelum datang ke Desa Totoharjo 1980 lalu, ia sempat tinggal di Telukbetung, Bandar Lampung; Talang Padang, Tanggamus; dan Kotabumi, Lampung Utara.
"Saya pernah sekolah di pondok pesantren di Jawa Timur. Saat tiba di Totoharjo dulu saya mengajar mengaji lalu membantu mendirikan musala di sini," ujarnya.
Ia pun mengaku pernah bekerja di tambak udang di Dusun Belebu. Namun kini, guna memenuhi kebutuhan hidup, Zakaria biasanya menjual kelapa ke Pasar Bakauheni berjalan kaki sepanjang sekitar 5 kilometer.
Baca: Sah, Tahun Ini NU dan Muhammadiyah Kembali Kompak Puasa Bareng
Kelapa itu diambil dari pohon di lahan warga. Warga setempat memang telah memberikan izin kepada Zakaria untuk memetik beberapa buah kelapa guna kebutuhan sehari-hari.
Joko, warga setempat, mengatakan, Zakaria sebelum tinggal di gubuknya saat ini pernah bermukim di gudang. Tetapi gudang tersebut terbakar.
"Warga di sini sempat membuatkan sebuah pondok kecil. Mungkin karena tempatnya di lokasi yang ramai, Pak Zak kurang nyaman. Dia tidak mau pindah," ujar Joko.
Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah ini menambahkan, keseharian Zakaria tidak pernah meminta uang. Kalaupun terpaksa, ia hanya meminta garam, gula, dan bumbu masak. (*)