Malas Tabayun Bikin Berita Hoax Tersemai dengan Pesat, Kata Mukhlis Basri
Wakil ketua DPD PDI Perjuangan Lampung Mukhlis Basri belakangan sudah menyebar spanduk pencalonan sebagai calon anggota DPR RI asal Lampung.
Penulis: Beni Yulianto | Editor: soni
Laporan reproter Tribun Lampung, Beni Yulianto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Banyak cara dilakukan politisi untuk mencapai tujuan politik. Wakil ketua DPD PDI Perjuangan Lampung Mukhlis Basri belakangan sudah menyebar spanduk pencalonan sebagai calon anggota DPR RI asal Lampung.
Pantauan Tribun, spanduk bergambar Mukhlis Basri sebagai calon anggota DPR RI beredar di berbagai tempat, misalnya di Kawasan Kropri sampai Jatiagung, Lamsel.
Mukhlis pun belakangan semakin giat turun ke masyarakat. Di momen bulan suci Ramadan ini, Mukhlis menyempatkan diri mengisi kuliah tujuh menit (kultum) salat Tarawih di Masjid Baiturohim Perum Korpri Bandar Lampung, Kamis 24 Mei 2018 malam.
Baca: Menikah dengan Bule Lalu Tinggal di Luar Negeri, Menu Buka Puasa Artis Cantik Ini Menggoda
Dalam ceramahnya, Mukhlis Basri mengingatkan jemaah untuk menjauhi berita palsu (hoax).
Baca: BBPOM Dapati Produk Tak Sesuai PIRT
“Belakangan, masyarakat Indonesia khususnya seolah gandrung dengan berita palsu, bohong atau yang kita kenal dengan istilah hoax,” kata Mukhlis dalam rilis.
Mantan bupati Lampung Barat 2 periode itu mengatakan, konten berita bohong bisa dengan mudah ditemukan terutama di platform media sosial.
“Berita palsu atau hoax dalam Islam posisinya jelas, yaitu haram,” ujarnya.
Namun, lanjut Mukhlis, belum banyak orang yang bersedia melakukan kroscek informasi demi mengetahui apakah informasi yang diterimanya asli atau palsu. Menurutnya, kemalasan klarifikasi (tabayun) itulah yang menyebabkan bibit hoax tersemai dengan pesat.
“Allah tegas memerintahkan kita untuk melakukan kroscek atas informasi atau berita yang kita dapatkan. Perintah Allah untuk meneliti suatu informasi agar kita tidak terkena musibah yang hanya akan membuat kita menyesal,” ungkapnya.
Menurut Mukhlis, hoax amat berpotensi menjadi alat pemecah-belah bangsa. Dengan menyebar sebanyak-banyaknya hoax terutama tentang isu yang sensitif, Mukhlis berujar, maka gesekkan antar masyarakat makin panas.
“Silang argumen dan adu cacian pun terjadi. Masyarakat dibuat menjadi saling tidak percaya, antar institusi saling mencurigai, dan target utamanya adalah membuat masyarakat kehilangan kepercayaan dan kepatuhan kepada pemerintah,” pungkasnya. (ben/*)