Pariwisata di Pesawaran Belum Mumpuni karena Kendala Infrastruktur

Infrastruktur masih menjadi kendala untuk pengembangan wisata bahari di wilayah Kabupaten Pesawaran.

Penulis: Robertus Didik Budiawan Cahyono | Editor: soni
Danlanal Kelik dan Bupati Dendi 

Laporan Reporter Tribun Lampung R Didik Budiawan 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PESAWARAN - Infrastruktur masih menjadi kendala untuk pengembangan wisata bahari di wilayah Kabupaten Pesawaran. Alhasil pariwisata di daerah-daerah Bumi Andan Jejama belum mumpuni.

Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona menyampaikan itu di sela-sela kunjungan manajemen Tribun Lampung di ruang kerjanya, Selasa (24/7). "PR (Pekerjaan Rumah) paling penting jalan," ujar Dendi.

Selain itu, kata dia, untuk di daerah sektor wisata bahari adalah pemahaman terkait wisata, yang mempunyai daya tambah lebih. Dia mencontohkan, nelayan sehari hanya mendapat rezeki Rp 15 ribu. Selain itu mengandalkan rezeki macan disaat musim ikan tertentu.

Baca: Tak Pernah Dapat Royalti, Model Iklan Pria Gendong Anak di Bungkus Rokok Protes

Baca: Raffi Ahmad Sebut Punya Dua Anak, Rafathar dan Bilqis

Namun ketika ikut wisata, tambah dia, satu pengunjung masih bisa memberi tips sampai dengan Rp 50 ribu. Tapi terkadang, tambah dia, masyarakat keinginannya instan dan hanya mengandalkan fasilitas seadanya.

Sehingga Dendi melakukan edukasi masyarakat melalui aparatur desa. Seperti kepala dusun, dan ketua RT masuk ke dalam kelompok sadar wisata (pokdarwis). Selanjutnya aparatur meneruskan pengetahuannya kepada masyarakat di sekitarnya.

Ia menilai pemahaman akan wisata penting karena banyak pengunjung dari berbagai macam budaya dan suku. Justru banyak yang berasal dari luar negeri.

Kadang kala, pengunjung yang datang tidak memperhatikan kearifan lokal sehingga ke pantai dengan menggunakan pakaian bikini dan sebagainya.

Baca: Ilmuwan Inggris Temukan Cara Hilangkan Tanda Penuaan

Baca: Raffi Ahmad Sebut Punya Dua Anak, Rafathar dan Bilqis

Sehingga masyarakat yang belum sadar akan budaya tersebut memberi pandangan berbeda. Dampaknya menimbulkan ketidak nyamanan bagi pengunjung. Alhasil berdampak pada lokasi wisata tersebut. Menurut dia, konsekuensi destinasi wisata pasti ada tantangan. Oleh karena itu, tambah dia, tinggal mengcalster tempat wisatanya saja.

Maksudnya tempat wisata bihari tersebut diatur tidak boleh sama. Misal wisata bahari tertentu ditambahkan dengan kekhasannya. Seperti Mutun sebagai konservasi hiu karang, Tegal sebagai konservasi Penyu dan Sari Ringgung dengan wisata religi Masjid terapung.

Sehingga masing-masing tempat wisata pantai punya kelebihan.
Jadi, lanjut dia, kalau hanya sekedar wisata pantai sudah banyak. Dia khawatir kalau tidak ada kelebihan tertentu wisata tersebut tidak maju-maju. Dendi mewacanakan kedepan wisata bahari dibuat terintegrasi. Menurutnya sudah banyak investor yang akan masuk, namun masih tarik ulur. Sebab belum ada regulasi yang menjamin sebagai bisnis jangka panjang.

Dendi berharap kedepan ketika orang liburan ke wisata Kabupaten Pesawaran betul-betul ingin menghabiskan uang di lokasi tersebut. Sehingga tidak yang sifatnya accidental, atau yang hanya satu hari liburan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved