Harga Gabah di Lampung Selatan Masih Tinggi
Dalam kondisi normal, GKG padi jenis ciherang biasanya berkisar Rp 430 ribu hingga 450 ribu per kuintalnya.
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA – Memasuki awal September, harga gabah kering giling (GKG) di beberapa daerah di Lampung Selatan masih cukup tinggi.
Di Kecamatan Ketapang, harga GKG untuk jenis padi ciherang berkisar Rp 520 ribu per kuintal.
Sedangkan, padi pedeng jenis muncul berkisar Rp 430 ribu per kuintal.
“Kalau harga masih lumayan tinggi. Karena memang panen masih sekitar satu bulan lalu,” terang Sarkati, pengepul gabah di Kecamatan Ketapang, Kamis (6/9).
Dalam kondisi normal, GKG padi jenis ciherang biasanya berkisar Rp 430 ribu hingga 450 ribu per kuintalnya.
Sedangkan, jenis muncul biasanya Rp 380 ribu per kuintalnya.
Baca: Harga Gabah Turun, Bagaimana dengan Harga Beras?
Baca: Antoni Iman: Impor Beras akan Pengaruhi Harga Gabah
Para pedagang beras (pengepul gabah) memperkirakan harga gabah mulai mengalami penurunan menjelang panen pada awal Oktober mendatang.
“Biasanya menjelang panen harga sudah akan turun. Penurunan tertinggi pada puncak panen,” kata Sri, pedagang beras di Kalianda.
Para petani berharap pada panen musim tanam gadu (kemarau) tahun ini, fluktuasi harga gabah tidak akan mengalami penurunan yang terlalu jauh, seperti sebelumnya.
Menurut Yanto, petani di Palas, jika harga gabah turun jauh akan merugikan petani.
Pasalnya, saat musim kemarau ini biaya tanam petani mengalami peningkatan untuk penyedotan air.
“Kita berharap harga bisa baik. Turunnya tidak jauh. Sehingga kita petani tidak rugi,” terang dia.
Persoalan fluktuasi harga gabah saat panen ini memang menjadi keluhan klasik para petani.
Sebab, tidak jarang saat panen, harga gabah mengalami terjun bebas, sehingga tidak memberikan hasil yang lebih baik bagi para petani.
“Kita petani ini memang sering menjadi pihak yang selalu terjepit. Saat panen kita maksimal, tetapi harga jatuh. Jadi hasil yang kita dapatkan pun tidak juga lebih baik,” tandas Een, petani lainnya. (*)
---> Jangan lupa subscribe Channel YouTube Tribun Lampung News Video