Serasa Akan Mati di Lubang, 13 Pria Menyanyi, Tertawa, Terdiam, lalu Menangis: Ya Allaaah
Saya kelaparan dan kehausan. Alhamdulilah bisa selamat, kemarin saya pikir saya pasti mati terkubur. Benar-benar nggak nyangka bisa hidup.
Ada yang menangis. Ya Allaaah bagaimana nasib kita!," ujar pria itu.

Saat itu, banyak kelucuan dibuat Bugi Nurjaman. "Walau keadaan seperti itu, tetapi saya senang bisa melihat mereka tersenyum lagi," ujar dia.
Sementara Ali, sempat kehilangan semangat untuk hidup. Akan tetapi wajah istri dan anaknya seakan memberi harapan baru saat itu.
"Kalau sudah putus asa, saya selalu ingat wajah anak dan istri," ujar Ali.
Sesekali ia hanya mengucapkan doa bersama rekan-rekannya yang sama-sama tertimbun di dalam tambang tersebut.
"Kami sering berdoa bersama meminta pertolongan Allah untuk bisa tetap bertahan," kata dia.
Pria 31 tahun itu juga mengaku menolak menyerah dengan keadaan karena anaknya yang masih sangat kecil. "Kalau saya menyerah gimana nasib anak saya nanti," ucap dirinya.
Lagu-lagu dari tanah kelahiran pun sering dinyanyikan bersama rekan-rekannya agar suasana tak terasa bosan.
"Kalau nyanyi lagu daerah itu senang, tapi terkadang saya itu merasa seperti sudah waktunya dipanggil pulang," cetus dirinya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Asep Hidayat, korban lainnya yang dilarikan ke RS Walanda Maramis.
Menurutnya, hal yang paling ia ingat dalam kelamnya tambang adalah keluarganya.
"Dalam pikiran saya hanya ada keluarga, saya coba menyanyi beberapa lagu tapi tak menghilangkan rasa khawatir dalam pikiran saya," jelas dia.
Setelah menanti selama 18 jam akhirnya Asep Bisa melihat indahnya cahaya matahari setelah dievakuasi.
"Ketika melihat cahaya matahari, saya terus berdoa dan berterima kasih pada Allah," aku Asep.
Pertolongan datang sejak Kamis malam. Tokoh tambang, warga masyarakat, Basarnas, TNI dan Polri pun berupaya memberikan pertolongan hingga akhirnya mereka dapat dievakuasi. (roh/ven/nie)