Alasan Sopir Truk Mau Angkut Daging Celeng karena Upahnya yang Besar

Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BAKAUHENI - Nendar, sopir truk yang mengangkut daging celeng asal Palembang menuju Solo, Jawa Tengah, mengaku tergiur dengan upah pengangkutan yang cukup besar Rp. 3,5 juta. 

Sebanyak 4 ton daging celeng (babi hutan) asal Palembang, Sumatera Selatan, diamankan oleh Balai Karantina Pertanian kelas I Bandar Lampung Wilker Bakauheni pada Minggu, 12 November 2017 pagi.

Baca: Lagi, Balai Karantina Pertanian Gagalkan Penyelundupan 4 Ton Daging Celeng di Pelabuhan Bakauheni

Daging celeng tersebut rencananya akan dibawa ke Solo, Jawa Tengah.

 Itulah alasannya mau mengangkut daging celeng. Apalagi, kata dia, beberapa temannya yang membawa daging celeng ke pulau Jawa selalu lolos dari pemeriksaan di pintu masuk Pelabuhan Bakauheni (sea port interdiction).

Nendar sendiri tidak tahu pengangkutan daging celeng harus dilengkapi dengan dokumen resmi yang dipersyaratkan.

Menurut dirinya, ia mengangkut daging celeng karena mendapat saran dari temannya sesama sopir yang kerap mengangkut daging celeng ke pulau Jawa.

“Saya tidak tahu kalau dokumennya tidak resmi. Karenanya saya melapor ke Balai Karantina Pertanian. Sebab selama ini teman-teman saya yang juga mengangkut daging celeng tidak pernah ada masalah dan selalu lolos,” ungkapnya, Senin, 13 November 2017.

Baca: Wanita Asal Vietnam Buka Bisnis Sulam Alis di Lampung, Ini Sosoknya

Penanggungjawab BKP Wilker Bakauheni, drh. Azhar mengatakan pihaknya akan memanggil pemilik barang daging celeng.

Dirinya menegaskan, meski bukan termasuk hewan dilindungi. Tetapi pengiriman komoditi daging celeng harus mematuhi aturan perundang-undangan seperti UU nomor : 16 tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan.

Pengiriman komoditi hewan haruslah dilengkapi dengan dokumen resmi yang dipersyaratkan dan pengangkutannya harus menggunakan alat angkut yang dipersyaratkan.