Kisah Miris Gadis yang Disiksa Warga karena Dituduh Penyihir
Kisah Miris Gadis yang Disiksa karena Dituduh Penyihir. Seorang gadis berusia enam tahun
“Satu-satunya cara untuk menghentikan perilaku barbar ini adalah melalui penangkapan dan penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab,” ujar Bustin.
“Sampai saat ini, Papua Nugini akan dikenal sebagai negara yang, tidak hanya menyiksa secara keji orang yang dituduh sebagai penyihir, tapi juga anak-anak yang tidak bersalah.”
Investigasi dan kutukan
“Gadis itu didampingi ayahnya ke desa Tukusanda saat rumor sanguma mulai berkeliaran,” ujar komandan polisi Provinsi Enga Epenes Nili kepada portal berita Loop Papua New Guinea.
Baca: Jennifer Dunn Selingkuh dengan Bakal Calon Presiden RI - Ini Daftar Pria Selingkuhannya
“Dan karena ibunya adalah almarhum Leniata Kepari, yang dibakar hidup-hidup pada 2013 lalu di Mount Hagen karena dituduh tukang sihir, semua mata tertuju pada gadis kecil itu.”
“Ketika penduduk tahu bahwa ia adalah putri Leniata, mereka menduga bahwa ia mungkin juga punya senguma.”
“Mereka percaya ia akan membunuh banyak orang dari mereka di desa sehingga mereka pikir, pantas untuk menghentikan hidupnya.”
Nili mengatakan bahwa gerombolan tersebut juga memastikan bahwa ayah korban tidak bisa meminta bantuan.
“Mereka memastikan dirinya tidak punya telepon genggam; memastikan dirinya tidak bisa keluar. Mereka juga menjaganya,”tambah Nili.
Di sisi lain, gubernur Provinsi Enga Sir Peter Ipatas telah mengajukan banding ke warga yang taat hukum untuk membantu membasmi praktik menuh orang sebagai tukang sihir itu.
“Minggu ini saja, ada dua insiden tuduhan sanguma di Provinsi Enga dan 20 perempuan tak berdosa di bulan yang lalu telah menjadi korban kekerasan berbasis tuduhan ini,” ujar Ipatas.
“Saya mengutuk kekerasan dan tuduhan palsu ini. Tuduhan itu harus dihentikan sekarang. Penyiksaan dan tuduhan harus dihentikan sekarang.”
Ia juga meminta masyarakat di luar dan di dalam provinsinya bekerja sama dengan polisi untuk memulihkan hukum dan ketertiban, dan tidak terprovokasi oleh massa.
Peran media sosial?