Awalnya Mahasiswi Cantik Nolak Dibooking, Sekarang Malah Pasang Tarif

Keberadaan mahasiswi yang menjadi pemuas nafsu bukan cerita belaka. Mereka terang terangan pasang tarif

Editor: Safruddin
mesum kamar mandi 

Ajakan Teman
Sementara itu menjadi ayam kampus telah dilakoni Cinta, bukan nama sebenarnya, sejak tiga tahun lalu.

Keputusan itu diambilnya lantaran tergiur pundi-pundi uang untuk memenuhi gaya hidup hedonis ibu kota Jateng.

Wanita berusia 22 tahun itu menceritakan, awal dirinya mulai menemani om-om karena ajakan teman satu tongkrongan.

Ia tidak memungkiri alasan mau menjadi ayam kampus untuk membeli sejumlah barang, seperti baju, hingga biaya perawatan tubuh.

"Awalnya saya ke Surabaya, niatnya ketemu teman perempuan semasa SMA dulu. Diajaklah dugem. Dari situ dikenalkan dengan om-om berusia sekitar 40-50 tahun. Teman saya bilang: 'enak lho, uangnya banyak, orangnya juga baik'," tutur Cinta yang kemudian menurutinya.

Hubungan itu berjalan beberapa bulan, hingga akhirnya tidak lagi berkomunikasi lantaran handphone miliknya hilang dan yang bersangkutan juga tidak berupaya mencari dirinya lagi.

Setelah itu, ia kembali dikenalkan dengan om-om lain yang masih sekumpulan. Hubungan itupun berjalan hingga kini.

Cinta hanya mau menerima order dari teman dekatnya itu.

Ia mengaku tak sembarangan dalam memilih siapa pria hidung belang yang akan ditemani.

Wanita kelahiran 1991 itu mengaku termasuk tipe selektif. Ia pun tidak terang-terangan menjual diri (open BO).

"Kalau saya tidak pernah menerima BO, dan memang nggak mau, karena takut sakit (tertular penyakit kelamin), dan khawatir kalau BO nanti banyak orang yang kenal dan mereka memandang saya rendah," imbuhnya.

Pelanggan Tetap
Selain itu, Cinta menuturkan, sebisa mungkin perkenalan pertama itu berlanjut menjadi pelanggan tetap.

Lebih tepatnya, ia lebih nyaman menjadi pacar simpanan dibandingkan dengan ayam kampus yang terang-terangan open BO.

Alasannya, karena tak perlu ganti-ganti pasangan yang dikhawatirkan membuat identitasnya cepat terbongkar.

Pertimbangan lain, ia merasa pundi-pundi uang yang didapat jauh lebih besar.

"Jadi kalau butuh uang tinggal minta, nggak perlu berhubungan seksual dengan beberapa pria (untuk mendapatkan jumlah tertentu)," tandasnya.

Tak hanya satu orang, Cinta mengungkapkan, kini ada dua pria beristri yang menjadi pelanggan tetapnya.

Mereka berprofesi sebagai pengusaha yang tinggal di Surabaya dan Semarang.

Keduanya pun tidak saling mengenal satu sama lain, dan ia menjaga kerahasiaan itu.

Dengan menjadi simpanan, Cinta merasa 'diopeni' dan serba kecukupan, khususnya dari segi financial.

Setiap kali bertemu, ia diberi uang minimal Rp 1 juta dan paling banyak Rp 6 juta sekali kencan.

"Model transaksi, kalau ketemu pasti kasih, minimal Rp 1 juta-Rp 2 juta. Kadang tidak ketemu pun tiba-tiba ditransfer uang tanpa saya minta," imbuhnya.

Cinta tidak memungkiri alasan dirinya mau menjadi wanita simpanan untuk membeli sejumlah barang, atau dengan kata lain agar bisa mempunyai segala benda branded dan up to date.

"Kalau yang di Surabaya ditawari pengen belanja apa, paling biasanya baju, kalau handphone belum. Pelan-pelan saja, biar tidak terlalu kelihatan moroti, pura-pura sayang," ucapnya seraya tertawa.

Uang yang diperolehnya sebagai ayam kampus simpanan itu tidak dipakai untuk biaya kuliah, karena ia masih mendapatkannya dari orangtua.

Selain itu, Cinta juga takut orangtuanya curiga jika tidak lagi meminta uang saku untuk kebutuhan pendidikan dan hidupnya di Semarang. (tim)

 
 

 

Halaman sebelumnya
Sumber: Bangka Pos
Tags
ayam kampus
mahasiswi cantik
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved