Kasus Korupsi KTP Elektronik
Seribu Akal Pengacara Fredrich Selamatkan Setya Novanto
Tim JPU KPK membeber berbagai cara yang diduga dilakukan pengacara Fredrich Yunadi saat menyelamatkan Setya Novanto.
Atas permintaan tersebut, dr Michael menolak. Sebab, untuk mengeluarkan surat pengantar rawat inap dari IGD, harus dilakukan pemeriksaan dahulu terhadap pasien.
Rekayasa Kecelakaan
Tak habis akal, Fredrich menemui dr Alia untuk mengecek kamar VIP 323 yang sudah dipesan. Dia juga meminta dokter tersebut agar alasan masuk rawat inap Novanto yang semula diagnosis penyakit hipertensi, diubah dengan diagnosa kecelakaan.
Sekitar pukul 18.30 WIB, dr Bimanesh datang ke RS Medika Permata Hijau menemui dr Michael untuk menanyakan keberadaan Novanto di ruang IGD.
Dokter Michael menyampaikan, saat itu Novanto belum datang. Hanya Fredrich yang datang meminta surat pengantar rawat inap dari IGD dengan keterangan kecelakaan mobil. Namun, dr Michael menolak permintaan Fredrich karena belum memeriksa Novanto.
Mengetahui permintaan temannya ditolak, dr Bimanesh membuat sendiri surat pengantar rawat inap menggunakan form surat pasien baru IGD. Padahal, ia bukan dokter jaga IGD.
Pada surat pengantar rawat inap dituliskan diagnosis hipertensi, vertigo, dan diabetes melitus. Sekaligus membuat catatan harian dokter yang merupakan catatan hasil pemeriksaan awal terhadap pasien.
"Padahal, dr Bimanesh belum pernah memeriksa Novanto maupun tidak mendapat konfirmasi dari dokter yang menangani Setya Novanto sebelumnya dari RS Premier Jatinegara," jelas jaksa Fitroh.
Sekitar pukul 18.45 WIB, Novanto tiba di RS Medika Permata Hijau. Ia langsung dibawa ke kamar VIP 323 sesuai Surat Pengantar Rawat Inap yang dibuat dr Bimanesh.
Setelah Novanto berada di kamar VIP 323, dr Bimanesh memerintahkan perawat bernama Indri agar surat pengantar rawat inap dari IGD yang telah dibuatnya, dibuang. Dia meminta surat yang dibuang, diganti baru dengan surat pengantar dari Poli, yang diisi dr Bimanesh untuk pendaftaran pasien atas nama Setya Novanto. Padahal, sore itu bukan jadwal praktik dr Bimanesh.
Benjolan Sebesar "Bakpao"
Setelah Novanto dirawat inap di kamar yang dipesan, Fredrich memberi keterangan kepada wartawan di depan RS Medika Permata Hijau. Ia mengaku tidak mengetahui soal kecelakaan mobil yang dialami Novanto.
Ia juga mengaku baru mendapat informasi kejadian tersebut dari ajudan Novanto bernama Reza. Padahal, sebelumnya Fredrich lebih dahulu datang ke RS Medika Permata Hijau untuk meminta agar Novanto dirawat inap dengan permintaan yang terakhir, yaitu dirawat karena kecelakaan.
Fredrich juga memberikan keterangan kepada puluhan wartawan yang datang meliput, bahwa Novanto mengalami luka parah dengan beberapa bagian tubuh berdarah-darah. Serta, terdapat benjolan pada dahi sebesar "bakpao". Padahal, Novanto hanya mengalami beberapa luka ringan pada bagian dahi, pelipis kiri, dan leher sebelah kiri serta lengan kiri.
Sekitar pukul 21.00 WIB, penyidik KPK datang ke RS Medika Permata Hijau untuk mengecek kondisi Novanto yang ternyata tak mengalami luka serius. Namun, Fredrich menolak kedatangan penyidik KPK. Dia menyampaikan kepada penyidik KPK bahwa Novanto sedang dalam perawatan intensif dari dr Bimanesh, sehingga tidak dapat dimintai keterangan.
Fredrich juga meminta satpam rumah sakit tersebut, Mansur, untuk mengusir para penyidik KPK yang ada ruang VIP di lantai 3. Sebagian kamar di situ sudah disewa keluarga Novanto. Alasan pengusiran, yaitu mengganggu pasien yang sedang beristirahat.