Menelisik Praktik "Bacha Posh" di Afghanistan: Anak Perempuan Dibesarkan sebagai Anak Laki-laki
Praktik "bacha posh" mendorong para orangtua mendandani anak perempuan sebagai anak laki-laki untuk masa depan yang lebih baik.
"Gadis-gadis ini memiliki sedikit kebebasan, dan kemudian tiba-tiba mereka harus kembali menjadi perempuan di negara yang mana perempuan tidak memiliki kemungkinan dalam hal apapun," sambungnya.

Zara, Diangkat Pamannya Jadi "Bacha Posh"
D'Aki bertemu orang lain yang menghabiskan hidupnya sebagai anak laki-laki: Zara.
Ia yatim piatu. Pamannya mengangkatnya sebagai "bacha posh".
Zara menjalaninya dengan baik. Delapan pria telah melamarnya.
"Mereka melihatnya sebagai wanita yang sangat kuat," kata d'Aki.
Seorang ibu tunggal lain yang ditemui d'Aki mengangkat kedua putrinya sebagai anak laki-laki untuk melindungi keluarga mereka.
Dua Kasus Setahun
Women for Afghan Women melihat setidaknya ada dua kasus "bacha posh" dalam setahun, di tempat penampungan perempuan yang mereka jalankan di Kabul.
Para pekerja kasus merasa sangat tertantang dengan mereka, demikian menurut Nasim.
Gadis-gadis itu menderita pelecehan, penghinaan, dan pengasingan dari masyarakat.
Namun, seringkali mereka tidak ingin memulai hidup sebagai perempuan.
Pembatasan budaya gender sulit untuk diadopsi di kemudian hari: mereka harus belajar bagaimana hidup di bawah burqa, memasak untuk keluarga mereka, dan menurunkan pandangan mereka di antara orang asing.
"Ketika dia menjadi dewasa dan lebih tua, dia belajar bahwa tidak mungkin dia menjadi anak laki-laki dan tidak ada yang menerima dia sebagai perempuan," jelas Nasim.
"Ini adalah represi: mengabaikan kemampuan, bakat, dan hak perempuan. Menyangkal hak-hak agama dan hak asasi perempuan ternyata merupakan penghinaan terhadap jenis kelamin perempuan," sambungnya.
(Citra Anastasia, Sumber: Nina Strochlic/National Geographic)