5 Puisi Balasan Untuk Sukmawati Soekarnoputri, Punya Felix Siauw Menohok Banget!
5 Puisi Balasan Untuk Sukmawati Soekarnoputri, Punya Felix Siauw Menohok Banget!
Penulis: wakos reza gautama | Editor: wakos reza gautama
Kalau engkau tak tahu syariat. Mari sini ikut melingkar dan merapat. Akan aku sampaikan biar engkau pahami, bagi mereka yang beriman, tak ada yang lebih penting dari Allah dan Rasul-Nya
Cc @yukngajiid @hijabalila
Puisi balasan juga diciptakan sastrawan asal Sulawesi Selatan bernama Andhika Mappasomba.
Andhika menulis puisi berjudul 'Kepada Ibu Sukma JA'
Baca: Diskoperindag dan UKM Catat 122 Koperasi di Lampura Tidak Aktif
Kepada Ibu Sukma JA
.
Anda benar Bu
kidung lebih Indah dari azan, demikian konde lebih indah dari cadar
sebab Ibu pakai kaca mata rayban menyelam di kedalaman palung keAlpaan pada agama
.
Anda benar Bu
tidak salah yang Ibu bilang
azan yang keluar paksa dari speaker yang usang melentingkan suara yang tak merdu jika didengarkan dengan telinga pembenci agama
.
Ibu memang benar
Indonesia memang indah
lalu rusak mendengar puisi kanak-kanakmu
.
Terima kasih putri sang fajar, Ibu Sukma tanpa empati, Ibu tanpa otak di lututnya. karenamulah kami tahu, nama besar kadang hanyalah kaleng kosong berdenting nyaring. kecerdasan bukanlah warisan di dalam darah tapi pada buku bacaan dan guru yang baik.
.
Terima kasih Ibu
Islam jadi kuat dan bersatu karena puisi kanak-kanakmu yang selalu bertanya-tanya Tuhan tinggal di mana?
.
Terima kasih Ibu Sukma, dari puisimulah aku sadar, tembang memang lebih indah dari azan, sebab rumah bernyanyi dan diskotik lebih ramai dari masjid
.
nakke tenaja kusambayang
nakke tenaja kuppuasa
.
Tapi jika masjid kau lempari batu,
mati pun aku siap membela nama baik agamaku! walau seribu puisi nyinyir dari mulut nenek tua tak paham agama, macam puisimu kau bacakan berkalikali padaku itu
.
Gowa-Makassar, 03.04.2018,
Puisi balasan juga ditulis seorang pemuda bernama Muhammad Novriandi.
"Untuk Nenek Yang Disana"
Wahai nenek yang disana
Ku simak celotehan puisi mu
Berdebar dada ku tak menentu
Bergejolak amarah ku seolah-olah memburu
Kerana mendengar rangkaian kata-kata hantu
Wahai nenek yang disana
Ketika jeri-jemari bergerak kesini kesana
Merangkai kata-kata
Sadarlah diri seharusnya
Bahwa jari-jemari adalah ciptaanNya
Ketika suara dilepaskan ia bagaikan anak panah
Pabila salah arah
Akan terjadi angkara murka
Wahai nenek yang disana