Jaringan Perempuan Teroris Janda Hitam Diduga Jadi Pelaku Bom Surabaya, Ini Alasannya
Sebutan Black Widows muncul kembali setelah terjadi serangan pengebom bunuh diri di dua stasiun metro, kereta api bawah tanah
Penulis: wakos reza gautama | Editor: Ridwan Hardiansyah
Ketika itu, dua perempuan Chechnya mengendarai sebuah truk yang dipenuhi bahan peledak menerjang kantor polisi.
Seorang perempuan adalah Khava Barayeva, kerabat Movsar Barayev, pemimpin kelompok bersenjata Chechnya yang memimpin pendudukan gedung teater di Moskwa.
Duka cita karena ditinggal mati suami tercinta dan semangat balas dendam yang merasuki para janda berpendidikan rendah, menjadi sasaran empuk para pencari ”pejuang” untuk melawan Rusia.
Mereka direkrut dan dilatih menjadi penyerang yang rela mengorbankan nyawa.
Semua itu, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia, terjadi sebagai buah sepak terjang Rusia di Chechnya, yang dinilai bertindak brutal terhadap penduduk sipil.

4. Diterapkan di Indonesia
Pasukan itu, dilansir dari Tribunnews, pernah menyerang Istana Negara dengan bom panci.
Pasukan itu sebelumnya pernah mencoba menyerang istana dengan bom panci, namun berhasil digagalkan.
Pelakunya saat itu, Anggia alias Khanza, ditahan di Rutan Mako Brimob bersama anaknya.
"Ada provokasi dengan isu-isu penelanjangan penjenguk rutan dan sebagainya, yang membuat jaringan mereka di luar marah dan menyerang, " kata Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Ridlwan Habib, dikutip dari Tribunnews.
Ridlwan juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak menyebarkan foto maupun video serangan itu.
"Tujuan teroris menyebar ketakutan, kita jangan bantu mereka, " katanya.
Kini, pasukan itu diduga menjadi dalam dibalik peledakan tiga gereja di Surabaya. (Tribun Jatim)
Artikel ini telah dipublikasikan di Tribun Jatim dengan judul "Mengenal 'Black Widows', Jaringan Teroris Terduga Pengebom Gereja Surabaya, Faktanya Misterius!"