Anak Hebat, Berkali-kali Ayahnya Putar Video Seperti Ini, Tetap Tak Terpengaruh Doktrin Teroris
"Orangtua tentu punya peran penting di balik kejadian ini bisa mengajak anak mereka," ujar Irjen Machfud Arifin
"Cara ini dilakukan oleh semua pelaku, mereka satu jaringan."
"Dan rutin hadir di pengajian rumah Dita (pelaku bom tiga gereja di Surabaya)."
Tapi, ternyata salah satu anak pelaku yang diketahui menolak doktrin orangtuanya untuk menjadi teroris.
Ia adalah HAR, anak tertua Anton Febrianto, pelaku bom "kecelakaan" di Rusun Wonocolo, Sidoarjo.
HAR menolak doktrin kebohongan orangtuanya yang dilakukan untuk adik-adiknya.
Baca: Belum Juga Puasa, Harga Daging di Lamsel Sudah Naik Rp 130 Ribu per Kg

Yaitu, anak-anak Anton dan Puspitasari diminta untuk mengaku home schooling saat ditanya oleh tetangga.
Padahal, mereka tak sekolah sama sekali.
"Faktanya, selama ini anak mereka di paksa mengaku home schooling padahal tidak bersekolah sama sekali," kata Irjen Machfud Arifin.
Baca: Kepala Sekolah Bikin Status Aksi Teror Gereja di Surabaya Settingan, Dia Kini Menginap Ditahanan
"Usaha ini agar anak mereka tidak berinteraksi dengan orang lain."
Namun, HAR terang-terangan menolak doktrin orangtuanya dan memilih hidup dengan caranya sendiri.
Ia memilih untuk tetap bersekolah hingga hidup bersama neneknya.
"Ada satu anak dewasa yang di Rusun Wonocolo itu menolak ikut ajaran dari orangtuanya," kata Kapolda Jatim.
"Ia memilih untuk tetap bersekolah dan ikut dengan neneknya," lanjutnya.
HAR juga menjadi orang yang menolong dua adik bungsunya saat terluka akibat bom orangtuanya.
Ia melarikan kedua adiknya ke rumah sakit.
Sedangkan, orangtua HAR dan adik keduanya tewas karena bom sendiri.
(TribunJatim.com)