Ada Tangisan Penyesalan Tokoh Muhammadiyah Kasman Singodimejo di Balik Lahirnya Pancasila
Ada Tangisan Penyesalan Tokoh Muhammadiyah Kasman Singodimejo di Balik Lahirnya Pancasila
Penulis: wakos reza gautama | Editor: wakos reza gautama
Rapat itu rupanya buntut dari penolakan wakil Indonesia Timur terhadap kalimat "Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" di piagam Jakarta.
Ini penting dibahas karena pada saat itu Indonesia Timur mengancam akan memisahkan diri dari Indonesia jika tujuh kata itu tidak dihapus.
Para tokoh mengalami dilema. Di satu sisi para tokoh Islam mendukung penerapan syariat Islam di lain sisi ancaman pemisahan ini bisa melemahkan posisi Indonesia di mata dunia internasional.
Pada situasi saat itu, Indonesia memang membutuhkan dukungan dunia internasional terhadap Indonesia.
Beberapa tokoh Islam pun mau kompromi. Mereka menerima dihapuskan tujuh kata itu dari piagam Jakarta.
Namun tidak dengan tokoh satu ini. Dia adalah Ki Bagus Hadikusumo. Ki Bagus Hadikusumo adalah Ketua Umum Muhammadiyah.
Baca: Tips Mix and Match Agar Tampil Kece di Hari Lebaran Tanpa Beli Baju Baru, Coba Yuk!
Baca: Yuk Siapkan Waktu untuk Nobar, Catat Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018 Disini
Ia menolak keras wacana penghapusan tujuh kata di Piagam Jakarta. Soekarno akhirnya mendekati Kasman Singodimejo.
Kasman Singodimejo adalah teman Ki Bagus Hadikusumo di Muhammadiyah. Faktor kedekatan ini dinilai Soekarno bisa membantu.
Soekarno menugaskan Kasman untuk melobi Ki Bagus Hadikusumo. Kasman awalnya menolak penugasan itu.
Namun akhirnya ia menerima karena melihat situasi yang tidak kondusif.
Kasman mengatakan kepada Ki Bagus bahwa nanti ada lembaga yang akan menyempurnakan Undang-Undang Dasar.
Pada saat itulah, umat Islam punya peluang untuk kembali mengembalikan Piagam Jakarta seperti sediakala.
‘’… Kiai, tidakkah bijaksanaan jikalau kita sekarang sebagai umat Islam yang mayoritas ini sementara mengalah, yakni menghapus tujuh kata termaksud demi kemenangan cita-cita kita bersama, yakni tercapainya Indonesia Merdeka sebagai negara yang berdaulat, adil, makmur, tenang tenteram, diridhai Allah SWT,” tutur Kasman dalam bahasa kromo inggil, yang meluluhkan Ki Bagus Hadikusumo (Hidup Adalah Perjuangan, 75 Tahun Kasman Singodimejo, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1982).
Mendengar penjelasan Kasman, Ki Bagus akhirnya luluh. Ia setuju tujuh kata dalam Piagam Jakarta dihilangkan dalam sidang resmi PPKI.
Belakangan Kasman menyesal telah melakukan lobi untuk menghapus tujuh kata dari Piagam Jakarta.