Ada Tangisan Penyesalan Tokoh Muhammadiyah Kasman Singodimejo di Balik Lahirnya Pancasila
Ada Tangisan Penyesalan Tokoh Muhammadiyah Kasman Singodimejo di Balik Lahirnya Pancasila
Penulis: wakos reza gautama | Editor: wakos reza gautama
"Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan yang tulen, yaitu perkataan gotong royong. Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat semua. Prinsip Gotong royong di antara yang kaya dan yang tidak kaya, antara Islam dan yang Kristen, antara yang Indonesia dan yang non-Indonesia. Inilah saudara-saudara, yang kuusulkan kepada saudara-saudara."
Tanggal 9 Juni 1945, BPUPKI membentuk Tim Sembilan.
Anggotanya adalah Soekarno, Muhammad Hatta, AA Maramis, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, Agus Salim, Ahmad Soebardjo, Wahid Hasyim, dan Muhammad Yamin.
Tanggal 22 Juni mereka merumuskan lima pikiran Soekarno tersebut dan mengubah urutannya.
Ada beberapa kata yang diganti.
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan ini yang dikenal dengan nama Piagam Jakarta.
Baca: Pesbukers Makin Jaya Tanpa Raffi Ahmad, Otis Hahijary Tebar Buktinya di Instagram
Baca: BNI Syariah Hibur Puluhan Lansia di Panti Werdha
Baca: Kurma dengan Rasa Manis Buatan akan Membuat Gigi Jadi Nyeri, Begini Penjelasannya
Soekarno adalah salah satu orang yang memperjuangkan BPUPKI agar menerima isi Piagam Jakarta ini sebagai dasar negara.
Namun perdebatan soal sila pertama Piagam Jakarta ini terus terjadi.
"Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya," kata-kata ini yang dipersoalkan.
Dengan tujuh kata ini, Indonesia dianggap menuju negara Islam. Para wakil Indonesia dari Indonesia Timur menolak tujuh kata ini.
Namun para tokoh akhirnya tetap setuju menggunakan kalimat "Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya".
Pada 17 Agustus 1945, Soekarno bersama Hatta lalu memproklamirkan berdirinya Indonesia.
Mereka membacakan naskah teks proklamasi sebagai deklarasi keberadaan Indonesia.
Satu hari setelah itu, Soekarno mengumpulkan beberapa tokoh untuk mengadakan rapat informal.