15 Tahun Terpisah, Gadis Asal  Lampung Nangis Tiap Video Call dengan Ibu

15 Tahun Terpisah, Gadis Asal  Lampung Nangis Tiap Video Call dengan Ibu di Amman

Penulis: Noval Andriansyah | Editor: taryono
ist
Ferdina Nur Fitria 

Laporan Wartawan Tribun Lampung Noval Andriansyah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ferdina Nur Fitria (21), mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan, Lampung, masih harap-harap cemas menunggu kepulangan ibundanya, Sarisih (42).

Hingga saat ini, belum ada kejelasan kapan Ferdina bisa bersandar di pelukan sang ibu setelah 15 tahun lamanya terpisah.

Ferdina bersama keluarga besar Sarisih yang tinggal di Desa Sumbersari, Kecamatan Sekampung, Lampung Timur, terus menebar asa kelancaran proses pemulangan Sarisih ke Tanah Air.

Ferdina pun memendam rasa kangen luar biasa.

Selama 15 tahun lebih, mahasiswi semester 7 UIN Lampung tersebut, tak mendapatkan kasih sayang seorang ibu.

Sejak Sarisih berhasil ditemukan oleh Satgas Kedutaan Besar RI (KBRI) Amman, Ferdina makin intensif berkomunikasi dengan Sarisih.

Melalui sambungan telepon, ia meluapkan hasratnya agar titik terang keberadaan Sarisih menjadi kenyataan; yakni bertemu dan memeluk langsung sang ibu.

Untuk mengurangi rasa kangennya terhadap sang ibu, Ferdina sesekali melakukan telepon video (video call) dengan Sarisih.

Video call ini dilakukan melalui ponsel Seno, perwakilan KBRI Amman.

Jika Seno sedang berada bersama Sarisih maka Ferdina pun memanfaatkan momen itu untuk video call bersama sang ibu.

Meski tak sering, Ferdina mengaku cukup puas sebagai pengobat rasa rindunya terhadap sang ibu.

Setiap melakukan kontak video call, Ferdina mengaku selalu meneteskan air mata.

Ia merasa bahagia bisa bercerita sembari menatap wajah ibunya.

"Paling lama 30 menit. Itu pun sinyal kan tersendat-sendat. Tapi, senang bisa berbagi cerita sama ibu. Tapi ya itu, harus tahu situasi Pak Seno," ucap Ferdina saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Sabtu (4/8).

Meski Sarisih sudah ditemukan dan saat ini berada di KBRI Amman, namun Ferdina masih diliputi rasa galau. Pasalnya, belum ada kepastian kapan ibunya akan dipulangkan.

Kedubes RI hanya menyampaikan bahwa proses pemulangan menunggu penyelesaian hak-hak Sarisih dibayarkan oleh majikan. Sayangnya, majikan Sarisih terus ingkar janji.

Pada Kamis (2/8) lalu, Ferdina mendapatkan telepon dari KBRI Amman.

Menurut Ferdina, KBRI akan melakukan upaya hukum bagi Sarisih agar bisa mendapatkan hak-haknya yang selama ini tidak didapatkannya selama bekerja sebagai TKW.

"Kemarin Kamis itu, Pak Seno (perwakilan KBRI) mengabarkan. Katanya, majikan ibu ingkar lagi. Nanti kepolisian yang akan menyelesaikan. Soalnya, majikanya sudah dikasih waktu untuk menyelesaikan hak-hak ibu minggu ini, tapi ternyata nggak dijalankan," tutur Ferdina.

Karena belum mendapatkan hak-haknya, Sarisih hampir dipastikan belum akan pulang dalam waktu dekat ini.

Terlebih, jika melakukan upaya hukum, kemungkinan besar akan membutuhkan waktu lama untuk Sarisih bisa memeluk buah hatinya di Lampung.

Saat ini, Sarisih sudah berada di Kedutaan Besar RI (KBRI) Amman, Yordania. Selama 15 tahun bekerja di Yordania, Sarisih tak bisa pulang ke Indonesia karena ditahan oleh majikannya.

Ia pun tak melapor ke KBRI karena diancam oleh sang majikan.

Keberadaan Sarisih akhirnya terlacak berkat perjuangan sang anak.

Ferdina menyurati Presiden Jokowi, yang kemudian ditindaklanjuti KBRI Amman.

Setelah melakukan pencarian, Sarisih akhirnya ditemukan di daerah Swefieh, sekitaran Amman, pada pekan lalu.

Kisah Viral

Upaya Ferdina mencari keberadaan sang ibu memang penuh liku.

Pencarian dimulai pada Januari 2018. Kala itu, Ferdina mendapat informasi dari temannya, jika permasalahan mengenai TKI bisa dilaporkan.

Sebelum Januari itu, Ferdina mengaku bingung harus mencari ke mana.

Ferdina kemudian melapor ke BP3TKI di Bandar Lampung. Lima bulan menunggu, Ferdina tak kunjung mendapatkan informasi yang diharapkan.

Sembari menunggu, ia bertolak ke Jakarta untuk mencari agen TKI yang memberangkat ibunya pada 2003 silam.

Namun, perusahaan agen TKI tersebut, sudah tidak beroperasi lagi.

Ferdina akhirnya mendapat masukan dari seorang temannya untuk mem-viralkan kisahnya tersebut di media sosial.

Adalah Widya Wati, teman kuliah Ferdina yang membantu memviralkan kisah pilu yang dialami Ferdina.
Berikut tulisan yang tersebar di Facebook;

"Mohon bantuan untuk DIVIRALKAN sahabat sosmed...

Barangkali Yth. Bapak Presiden beserta jajarannya bisa menyimak kisah pilu kerinduan seorang anak selama kurang lebih 15 tahun terhadap ibunya yang tengah berada di Yordania dan tak bisa pulang ke negara tercintanya Indonesia...

Dia adalah FERDINA Nurfitria, seorang gadis 21 tahun yang dari umur 7 tahun ditinggal ibunya merantau ke Yordania tanpa kabar selama bertahun2 dikala itu dan tak kunjung bisa pulang hingga sekarang..

Ia ditinggal ayahnya yang kembali kepada Sang Pencipta di waktu ia kelas 6 SD lalu.

Tanpa ayah dan tanpa ibu, ia tumbuh beranjak dewasa dengan kakek neneknya.

Dan baru beberapa bulan ini juga ia harus merelakan nenek yang selama ini merawatnya untuk kembali pada yg kuasa.

Begitulah alur singkat kehidupannya..

Ia hanyalah gadis biasa yg selama 15 tahun selalu merindukan kepulangan ibunya..

Barangkali dengan postingan ada hati yg tergugah untuk bisa membantunya..."

Pascaviral di medsos, dalam waktu 1x24 jam, Ferdina langsung ditelepon perwakilan KBRI Amman. Pihak KBRI ingin mengkroscek kebenaran kisah tersebut.

"Setelah viral, baru cepat ada tanggapan. Mungkin memang dengan cara ini (viral) saya bisa dapat jalan keluar. Dan ternyata benar," tutur Ferdina.(noval andriansyah)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved