Mengulik Kisah SPG yang Nyambi Jadi Kupu-kupu Malam di Kota Semarang. Tarifnya Jutaan Rupiah!

Fenomena sales promotion girls (SPG) yang nyambi sebagai pekerja seks komersil (PSK) saat ini sangat mudah dijumpai di kota-kota besar di Indonesia.

Editor: Teguh Prasetyo
perthnow.com.au
Ilustrasi PSK 

Pemilihan kos dibandingkan dengan tinggal di rumah dinilai untuk menjaga privasi.

Selain itu, dia menambahkan, orang-orang terdekatnya pun juga pasti dirahasiakan, supaya tidak tahu pekerjaan sambilan yang dilakukannya.

"Jika hanya kasat mata mungkin sulit membedakan SPG yang BO dan tidak," ujar Budi.

"Tapi saya sudah bekerja lama di dunia malam, informasi deras mengalir, jadi bisa tahu. Selain itu bisa diidentifikasi lewat komunikasi," paparnya.

Modus transaksi SPG plus-plus, sepengetahuan Budi, paling sering adalah dilakukan dengan pemesanan dari mulut ke mulut.

Jika seseorang mencari PSK berlatar belakang SPG, lebih mudah mendapatkannya dari orang yang sudah pernah menggunakan jasanya.

Namun jika berburu langsung, menurut dia, diperlukan keterampilan komunikasi yang baik.

Sebab, seorang SPG tidak akan mungkin mendeklarasikan dirinya bisa di-BO secara terang-terangan.

"Harus ada pendekatan khusus lebih dulu, ajak ngobrol, pergi makan atau jalan-jalan," katanya.

Jika pun ada SPG yang ketika sedang bekerja mendeklarasikan dirinya bisa di-BO, Budi menyatakan, biasanya pelanggan itu adalah orang pilihan yang memang dinilai sesuai dengan kriteria.

Dia menambahkan, SPG plus-plus lebih suka orang yang secara usia lebih tua, memiliki jabatan tinggi, dan tentunya berduit.

"Bagi dia (SPG bispak), cowok ganteng nggak penting kalau nggak punya duit. Kriteria-kriteria itu juga membuat identitas SPG plus-plus ini lebih privat atau aman, karena sama-sama saling merahasiakan," terangnya.

Baca: 5 Fakta SPG Cantik Dibakar Hidup-hidup, FDA Ternyata Korban Kedua Tersangka Pelaku

Tarif

Terkait dengan tarif SPG bispak, Budi menuturkan, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan PSK di lokalisasi.

Untuk satu kali kencan, minimal mereka mematok tarif Rp 1 juta, belum termasuk biaya lain-lain seperti makan dan hiburan.

"Karena orang yang mencari SPG plus-plus ini mencari sensasi berbeda layaknya orang pacaran, pergi makan, clubing, nongkrong, baru eksekusi. Berbeda dengan PSK murni yang maunya cuma berhubungan seksual," jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved