Warga Bakung Raup Rezeki dan Ironi dari Sampah
Masyarakat yang tinggal di sekitaran TPA Bakung mengaku sudah terbiasa dengan aktifitas kendaraan pengangkut sampah dan tinja yang kolar kilir.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Reny Fitriani
Diakuinya, meski ada ratusan pemulung mereka tidak kehabisan sampah untuk dikais bersama. Karena puluhan truk sampah masuk setiap harinya ke lokasi ini. "Apapun laku pokoknya, tulang-tulang sapi juga laku," timpalnya.
Kondisi lingkungan kotor berdampak pada kulit yang korengan. Terlihat ada banyak bekas luka di tangan dan kaki. Namun diakui Sunan, mereka jarang sakit. "Mungkin udah kebal karena terbiasa sama kondisi begini," ujarnya.
Kepala UPT TPA Bakung Setiawan Batin mengatakan, setidaknya 270 ritasi sampah masuk ke TPA setiap harinya. "Satu ritasi itu satu truk sampah. Sementara satu truk bisa ngangkut 3 sampai 4 kali dalam sehari," jelas Setiawan.
Untuk jumlah truk sampah, terusnya, milih BPLH sekitar 90 truk dan dari dinas perdagangan sekitar 10 truk.
Keterbatasan Anggaran
Walikota Bandar Lampung Herman HN tak menampik jika kondisi TPA dan IPLT Bakung sudah darurat. Sementara di rumah tangga selalu memproduksi tinja setiap harinya.
"Tapi sudah dikeruk itu sudah kering sudah bagus (IPLT-nya)," kata Herman di lingkungan Pemkot Bandar Lampung, Senin (27/8/2018).
Soal pembangunan IPLT baru, menurut Herman akan dikaji ulang apakah akan menggandeng pihak swasta atau lainnya. "Kalau soal (tinja) luber kan sudah dikeringin sudah bagus. Demi kepentingan rakyat saya selalu berusaha memberikan rasa aman dan tenteram," tukasnya.
Ketua Komisi III DPRD Bandar Lampung Wahyu Lesmono mengakui, sudah menerima laporan pengaduan dari masyarakat sekitar TPA Bakung soal banyaknya dampak negatif yang dirasakan. Terutama akibat luberan tinja ke pemukiman.
"Kita sudah mengusulkan ke pemkot sejak 2016 untuk pembebasan lahan Bakung, memperluas lahan TPA Bakung. Sudah disetujui tetapi persoalannya dananya belum siap," kata Wahyu.
Peneliti Pusat Studi Kota dan Daerah (PSKD) LPPM Universitas Bandar Lampung (UBL) IB Ilham Malik menilai, pemkot sebenarnya bisa menggandeng pihak ketiga atau swasta untuk menangani keterbatasan anggaran dalam menambah lahan IPLT maupun TPA.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Bandar Lampung Sidik Ayogo mengatakan, pengelolaan sampah dan operasional alat berat TPA Bakung memang di bawah BPLH, tetapi untuk kolam tinja (IPLT) oleh perusahaan daerah kebersihan.
Kepala UPT TPA Bakung Setiawan mengatakan, tahun 2018 ini kementerian pekerjaan umum sudah mengkaji untuk perbaikan IPLT Bakung dan penambahan IPLT baru.
Putusan kajian DED (detail engineering design) adalah normalisasi dan perbaikan kolam IPLT Bakung. Akan ditambah juga kolam pengeringan tinja. "Kalau memungkinkan ada lokasi di TPA ini, akan dibangun IPLT baru. Mudah-mudahan 2019 sudah bisa dilakukan pembangunan fisiknya termasuk mau dikelola secara manual atau mesin," kata Setiawan.
Dilema Dua Sisi