Bus Rapid Transit di Bandar Lampung, Riwayatmu Kini
Bus Rapid Transit (BRT) di Bandar Lampung seolah "menghilang" dari jalan-jalan protokol.
Meskipun demikian, di tengah kendala yang ada saat ini, pihaknya tidak akan mundur dari pengelolaan BRT. Gede mengungkapkan, pihaknya sempat mengusulkan agar ada subsidi untuk penumpang.
"Sempat berbincang dengan pihak dinas perhubungan. Kami menyampaikan bahwa kami tidak akan mundur. Kalau bisa, ada perhatian dari pemerintah. Misalnya, dengan mengubah sistemnya," jelas Gede. "Kami sudah pernah mengajukan supaya ada subsidi untuk penumpang. Sama halnya dengan pemerintah menyubsidi rumah sakit untuk masyarakatnya," sambung Gede.
Upaya Bersama
Sementara Dosen Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung IB Ilham Malik menilai, stagnasi jumlah penumpang BRT terjadi karena penurunan kualitas pelayanan BRT itu sendiri. Masyarakat, menurut dia, umumnya menuntut ketepatan dan kecepatan waktu serta aksesibilitas.
"Pelayanan BRT sudah cukup baik dan memadai saat awal peluncuran. Sayang, pelayanannya kemudian menurun," katanya, Minggu (2/9/2018).
Ilham berpendapat, pengembangan transportasi massal harus secara bersama antara manajemen BRT dan Pemkot Bandar Lampung.
"Tidak harus berupa subsidi. Pemkot bisa mendukung pengembangan BRT melalui riset, evalusi, dan pendampingan. Kemudian, support (dukungan) kebijakan agar BRT dapat berkembang," ujar peneliti transportasi dan perencanaan kota di Pusat Studi Kota dan Daerah UBL ini.
---> Jangan lupa subscribe Channel YouTube Tribun Lampung News Video
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/brt-di-bandar-lampung_20180831_231253.jpg)