Inilah 6 Tradisi Unik dari Berbagai Daerah Saat Merayakan Tahun Baru Hijriah 1 Muharram

Sebentar lagi umat muslim memasuki Tahun Baru Hijriah yang merupakan tahun baru bagi umat islam pada 11 September 2018 atau 1 Muharram 1440 H.

Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Teguh Prasetyo
TribuMedan.com
Perayaan tahun baru islam 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sebentar lagi umat muslim akan memasuki Tahun Baru Hijriah yang merupakan tahun baru bagi umat islam jatuh pada 11 September 2018 atau tepatnya 1 Muharram 1440 H.

Sebagai negara dengan jumlah umat muslim terbanyak di dunia, setiap tahunnya masyarakat selalu merayakan perhelatan tersebut dengan berbagai tradisi dan ritual.

Baca: Jelang Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 Hijriah, 3 Amalan yang Bisa Dilakukan Umat Muslim

Tradisi dan ritual tersebut menjadi unik karena hanya dapat dijumpai setahun sekali.

Apa saja tradisi dan ritual tersebut?

Berikut ini ulasan lengkapnya.

 

1. Pesta Mappanre Tasi'

Masyarakat Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel)  punya budaya sendiri dalam memeriahkan tahun baru Islam

Salah satunya yang dilakukan para nelayan di daerah pesisir pantai Pinrang.

Para nelayan melakukan pesta meriah yang disebut Mappanre Tasi'.

Pada dasarnya ritual ini merupakan bentuk syukur nelayan yang pergi ke Kota Kendari, Sulawesi Tenggara untuk mencari ikan dan sekembalinya ke kampung dalam keadaan selamat.

Merekapun mengadakan syukuran tersebut dan selanjutnya masih terjaga sebagai tradisi tahunan. Mereka memanfaatkan waktu 1 Muharram untuk merayakannya kembali.

Tradisi ini dihadiri tidak hanya nelayan di Kabupaten Pinrang saja melainkan ada nelayan yang datang dari luar Pinrang. .

Pada rangkaian kegiatan tersebut perahu nelayan yang sudah dihiasi mengikuti konvoi bersama ratusan masyarakat.

Mereka sekaligus melantunkan lagu-lagu dan memainkan musik daerah.

Baca: Biar Puasa Sunah 10 Muharram Tambah Afdol, Lakukanlah Amalan-amalan Ini

 

2. Kirab Kebo Bule Kraton Surakarta

Kebo Bule merupakan tradisi yang dilakukan Keraton Kasunanan Surakarta untuk menyambut datangnya Bulan Suro atau Muharram.

Dalam kirab ini, sekawanan kerbau (kebo) yang dipercaya keramat yaitu Kebo Bule Kyai Slamet akan diarak keliling kota.

Kebo Bule Kyai Slamet sendiri konon bukanlah sembarang kerbau.

Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II.

Kirab yang biasanya berlangsung tengah malam ini, merupakan acara yang sangat dinanti-nanti oleh masyarakat Solo dan sekitarnya.

Mereka rela menunggu berjam-jam di jalan hanya untuk menonton kawanan Kebo Bule tersebut.

Selain itu, yang paling menarik dan unik dari tradisi ini adalah ketika orang-orang saling berebut berusaha menyentuh atau menjamah tubuh kebo bule dan berebut mendapatkan kotorannya.

Konon, kotoran tersebut dapat membawa berkah.

Baca: 7 Peristiwa Besar Umat Islam Pada 10 Muharram Yang Perlu Diketahui

 

3. Festival Tabot di Bengkulu

Festival Tabot merupakan festival tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat Kota Bengkulu dalam rangka memperingati gugurnya Amir Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW, di Padang Karbala (Irak).

Perayaan ini telah dilakukan sejak tahun 1685 oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo.

Masyarakat kota Bengkulu percaya bahwa apabila perayaan ini tidak mereka selenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila perayaan Tabot ini penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual dan kolosal.

Baca: Puasa Tasua 9 Muharram, Rasulullah SAW Wafat sebelum Sempat Menunaikannya

 

4. Tradisi Ledug Suro di Magetan

Tahun baru Islam atau satu Suro dirayakan oleh warga Kabupaten Magetan, dengan menggelar tradisi Ledug Suro.

Tradisi ini diawali dengan kirab Nayoko Projo dan Bolu Rahayu yang dibentuk sesuai rupa lesung dan bedug.

Sedangkan puncak acara tradisi Ledug Suro ditutup dengan ritual andhum bolu rahayu.

Dalam ritual tersebut, Warga saling berebut bolu rahayu yang dipercaya mendatangkan berkah bagi kehidupan.

Roti bolu dipilih karena merupakan jajanan khas Kabupaten Magetan.

Baca: Jadwal Puasa Sunnah Asyura di Bulan Muharram 1439 H Tahun 2017

 

5. Tradisi Mubeng Beteng di Kraton Yogyakarta

Tradisi Mubeng Beteng merupakan tradisi yang rutin dilaksanakan setiap malam 1 Muharram atau malam 1 Suro.

Tradisi mengelilingi benteng (Mubeng Beteng) ini digelar oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan diikuti oleh ratusan warga Yogyakarta.

Ritual Mubeng Beteng dilakukan dengan berbagai tata cara seperti pembacaan macapat atau kidung berbahasa Jawa sebelum acara berlangsung.

Yang menarik dari prosesi tersebut, masyarakat dan abdi dalem kraton mengelilingi benteng-benteng Keraton sejumlah hitungan ganjil dengan berjalan tanpa menggunakan alas kaki dan tidak berbicara (Tapa Bisu).

Tradisi Mubeng Beteng sendiri dapat diartikan sebagai ungkapan rasa prihatin, introspeksi, serta ungkapan rasa syukur atas kelangsungan negara dan bangsa.

Sedangkan ritual tapa bisu merupakan simbol dari keheningan yang merupakan bentuk refleksi manusia terhadap Tuhannya.

Baca: Puasa Asyura - Keutamaan yang Disunnahkan Saat Bulan Muharram

 

6. Tradisi Ngumbah Keris

Ngumbah Keris atau mencuci keris merupakan tradisi masyarakat Jawa yang cukup sakral dan dilakukan hanya waktu tertentu.

Biasanya tradisi ini hanya dilakukan sekali dalam satu tahun yakni pada bulan Suro.

Bulan Suro dipilih karena dianggap bulan keramat, dan dipercayai dapat menambah kekuatan ghaib sebuah keris. (*)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Iktikaf dan Momen Muhasabah

 

Menjemput Malam Lailatul Qodar

 

Ngabuburit yang Berpahala

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved